Sabtu, 13 September 2008

Keluarga berencana

melihat dari kenyataan yang ada bahwasannya banyak terjadi permasalahan-permasalahan yang timbul dalam mengarungi bahtera rumah tangga , banyak juga yang kandas dalam mengarungi bahtera rumah tangga tersebut, kenapa terjadi demikian, padahal pada awalnya rumah tangga tersebut di awali dengan saling mengasihi dan saling mencintai tapi pada akhirnya malah saling membenci dan saling menghujat antara satu dengan yang lainnya, banyak alasan yang di munculkan demi terjadinya perpecahan tersebut ( perceraian ) ada yang dengan alasan masing-masing sudah tidak cocok lagi , ada alasan yang paling tragis dengan mengatakan: Sebetulnya saya menikah untuk selamanya tapi Alloh menghendaki lain ! kata-kata ini yang mengganjal fikiran, apakah benar Alloh menghendaki kita untuk cerai, buat apa dalam Al-qur'an dikatakan bahwa perbuatan yang halal tapi di benci Alloh adalah perceraian, coba kita renungkan hal perkataan tadi apakah perkataan tadi hanyalah alasan untuk mencari kambing hitam sehingga Alloh dijadikan kambinghitam?a'udzubillahhimindzalik.
dengan melihat kenyataan ini maka saya memberanikan diri untuk menulis tulisan ini dengan maksud mengingatka kembali bahwa sesungguhnya pernikahan itu adalah perintah Alloh dan sunah Rosul-Nya,maka dari itu dalam aturan pernikahan Alloh dan Rosul-Nyasudah menerangkan dan menjelaskan dalam qur'an dan sunah bagai mana cara dan menentukan pilihan agar tidak tersandung dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Untuk itu maka sebaiknyalah kita menyiapkan rencana-rencana yang matang dalam mengarungi bahtera tadi. Kalau kita perhatikan dalam Al-qur'an ( 30 : 21 ) Yang tarjamahnya sebagai berikut:
Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah , Dia telah menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenismu sendiri supaya kalian cenderung dan merasa tenang bersamanya, dan dijadikan-Nya diantara kalian rasa kasih sayang, sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda bagi kaum yangberfikir.
Dengan merujuk pada ayat tersebut apakah akan dengan serta merta kita mendapat ketentraman di pada pasangan kita tadi .?
Sebagai contoh : Kita membeli kendaraan dengan kendaran tersebut bisa mempermudah segala urusan dan mempercepat perjalanan, apakah dengan serta merta demikian.? Kenyataannya dengan kendaraan tersebut kalau ingin lancar dan ingin mempermudah urusan maka kita harus mengeluarkan pengorbanan dengan membeli BBM mengganti oli nya jika sudah waktunya dan menyervice kendaraan itu secara berkala maka jika demikian maka jelas kendaraan tersebut akan memperlancar segala urusan tapi jika tidak demikian maka kendaraan itu akan menambah urusan. Demikian juga dengan ayat tadi dijadikan istri-istri supaya kita tentram memerlukan pengorbanan dan memerlukan ilmu untuk mencapai ketentraman tadi, tidak sedikit ketika masih bujangan dia kehidupannya tenang akan tetapi ketika dia menikah jadi banyak masalah yang tadinya ketika belum beristri dia seorang pegawai yang baik tetapi ketika dia sudah beristri malah menjadi seorang koruptor, dengan demikian bukan menjadi tenang setelah beristri akan tetapi istri tersebut mengganggu ketenangan inilah yang banyak terjadi.
sekarang kalau demikian siapa yang harus di salahkan apakah ini merupakan kehendak Alloh padahal tadi dikatakan Alloh menciptakan istri itu agar kalian tenang, jadi jelas yang slh itu adalah kuita karenatidak mampuh menciptakan ketenangan tadi..... lanjut

Keluarga berencana

Selasa, 02 September 2008

Langkah - langkah Tobat


Langkah-Langkah Tobat


Untuk menyelesaikan persyaratan yang pertama demi masuk surga yang dijanjikan Allah seandainya ada sifat-sifat dosa yang telah diterangkan sebelumnya kita perlu bertobat dulu. Dalam hal ini penulis mencoba untuk menerangkan langkah-langkah untuk menuju tobat yang benar.


1. Meminta Ampun kepada Allah

Meminta ampun kepada Allah tidak hanya sekadar ucapan saja sebab ada beberapa pekerjaan yang harus kita kerjakan bukan hanya mengucapkan saja, tetapi harus ada pelaksanaannya dan ada persyaratan-persyaratan menurut Allah tertulis dalam Al-Quran.

Syarat pertama dalam QS (2 : 271–273).

271. Jika kalian menampakakan shodakoh, maka itu adalah baik. Dan jika kalian menyembunyikannya dan kalian berikan kepada fakirun, maka menyembunyikannya itu lebih baik bagi kalian, juga akan menghapus sebagian dosa-dosa kalian, dan Alloh mengetahui apa yang kamu kerjakan.

272.Bukanlah kewajiban kalian menjadikan mereka mendapatkan petunjuk, tetapi Allohlah yang memberi petunjuk kepada orang yang sesuai dengan kehendak-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kalian nafkahkan, maka pahalanya adalah untuk kalian sendiri. Dan janganlah kalian menafkahkan sesuatu melainkan karena mencari keridhoan Alloh. Dan apa saja dari harta yang baik yang kalian nafkahkan, niscaya kalian akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kalian sedikit pun tidak akan dianiaya.

273. Orang fakir itu adalah orang yang terikat di jalan Alloh mereka tidak bisa berusaha di bumi; orang jahiliyah (bodoh) menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta, kamu kenal dari sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara paksa (mendesak). Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Alloh mengetahuinya.


Jadi, melihat ayat tadi sesunguhnya persyaratan pertama adalah dengan mengeluarkan shodakoh. Akan tetapi, kita tidak bisa mengeluarkan shodakoh ke siapa saja yakni harus kepada orang-orang “fakir” yaitu orang-orang yang sibuk atau terhalang dalam misi penyebaran Islam. Dalam arti dia terhalang oleh umat bukan dia tidak mampu berusaha karena tidak bisa atau karena dia tidak berilmu dalam soal usaha, akan tetapi dia tidak ada waktu untuk berusaha karena waktu dan kemapuannya dicurahkan hanya kepada satu misi yakni penyebaran dan pembinaan umat. Itulah yang dikatakan fakir menurut ayat ini.

Jadi kalau kita menyimak ayat ini jelas shodakoh yang akan menghapuskan sebagian dari dosa itu adalah shodakoh yang betul-betul terarah. Sekarang bagaimana kita bisa mengetahuinya bahwa orang itu adalah fuqoro, kalau kita sendiri tidak tahu apakah dia itu benar-benar terhalang di jalan Allah ataukah tidak. Kalau menilik ayat ini maka akan terlihat bahwa dia itu terhalang di jalan Allah. Kalau kita sendiri tergolong sebagai umat dalam arti kita masuk di dalamnya dan kita berguru pada beliau maka barulah kita mengetahui bahwa benar-benar dia itu orang yang terhalang di jalan Allah.

Dalam ayat ini tersirat proses antara imam dan makmumnya dan seorang imam harus benar-benar mencurahkan ilmu dan kemampuannya untuk menjaga dan mengawasi peribadatan makmumnya. Demikianlah Allah memberikan syarat pertama dalam melaksanakan pengampunan kepada Allah.


Syarat kedua tercantum dalam QS (11:114).


Dan dirikanlah shalat di kedua sisi siang dan pada sebagian malam. Sesungguhnya perbuatan baik itu menghapuskn dosa-disa kalian, itulah peringatan bagi orang-orang yang mau diingatkan.

Jadi untuk mendapatkan ampunan dari Allah dengan cara melakukan kebaikan yakni mendirikan shalat di dua sisi siang dan di sebagian malam, itulah kebaikan yang akan menghapuskan dosa-dosa kita.

Kita simak nasihat Syekh Ibnu Atha’illah dalam kitabnya Al-Hikam.

Maa nafa’alqulbu syaiun mitslu uzlatin khulubihaa miidaanufikroti


Tiada yang berguna bagi qolbu sebagaimana uzlah untuk memasuki medan perenungan (pensucian)


Jadi, nasihat ini merupakan satu cambuk bagi kita tidak akan berguna segala sesuatu pun dalam melaksanakan apa pun jika kita tidak berusaha untuk mensucikan hati kita demi mencapai keridhoan dan pengampunan dari Allah subhanahuwata’ala.

Adapun perenungan di sini adalah mentafakuri dan mencoba untuk melepaskan diri dari unsur-unsur kesenangan duniawi, bukan kita tidak boleh kaya akan tetapi yang disebut dengan kesenangan dunia itu adalah rasa cinta dan rasa benci. Kalau kita mencintai harta maka kita akan kembali bedosa dan demikian pula sebaliknya kalau kita membenci sama akan kembali berdosa. Pada dasarnya hanya satu dalam jiwa kita yakni “cinta kepada hukum-hukum Allah semata” yakni dalam mencari harta juga atas dasar perintah Allah bukan perintah dari hawa nafsu. Inilah dasar-dasar perenungan demi mencapai tujuan kita yakni “Keridhoan dan pengampunan Allah”.


2. Meminta ampun kepada kedua orang tua dan kepada yang lainnya.


Meminta ampun kepada kedua orang tua kita, yang paling pertama kita sakiti pastilah kedua orang tua kita. Alangkah bijaknya sebelum melangkah lebih lanjut lagi kita minta pengampunan dari kedua orang tua kita. Karena menurut Al-Hadist mengatakan

Ridholloohi fiiridholwaalidaini wasukhtullohi fii sukhtil walidaini

Ridho Allah ada pada ridonya kedua orang tua dan murkanya Allah ada pada murkanya kedua orang tua.

Hadits ini menerangkan bahwa sesungguhnya peranan kedua orang tua itu sangatlah penting maka dari itu mintalah keridhoan dan pengampunan kedua orang tua kita. Setelah itu baru kita melangkah mencari pengampuna dari orang-orang yang pernah kita sakiti mungkin saudara-saudara terdekat kita atau siapa saja sebab Al-Hadist mengatakan juga.


Laa yaskutu taobatullohi haqul adami


Tidak sah tobatnya seseorang jika masih ada dosa di antara anak-anak Adam

Hadits ini menerangkan jika masih berkaitan dengan dosa-dosa yang menyangkut dengan manusia maka keabsahan tobatnya belum ada.


3. Menghentikan semua perbuatan dosa


Menghentikan perbuatan dosa dengan semampu kekuatan kita, yakni dengan ucapan, dengan i’tiqod (hati), dan perbuatannya. Sesungguhnya kita menyadari perbuatan-perbuatan tadi adalah dosa dan semua
dilakukan bukan karena sesuatu apapun kecuali karena Allah semata tidak karena takut oleh manusia.

Contoh, seseorang menghentikan perbuatan dosanya karena dipaksa oleh orang lain atau karena dia ingin menikahi gadis muslim atau karena dia berhenti melakukan dosa karena sudah tidak mampu lagi berbuat dosa karena faktor usia atau bangkrut.


Permintaan pengampunan seperti contoh, sia-sia bukan benar-benar karena Allah tapi ada satu tujuan tertentu bukan meraih keridhoan Allah tetapi karena mencari keridhoan manusia maka perbuatan tadi tidak ikhlas. Dalam kontek ini kita harus benar-benar teguh pada pendirian sebab tantangannya akan datang dari berbagai pihak, seperti cacian, makian, dan mungkin orang tidak akan percaya dengan perubahan sikap kita.


Contoh, seorang narapidana setelah bebas dari penjara tidak serta merta dia meraih kepercayaan dari masyarakat pasti akan ada tuduhan-tuduhan, maklum bekas narapidana, kalau dia tidak teguh pada pendiriannya maka dia akan kembali pada profesi semula.


Demikian juga kalau kita mau menjuhi dari perbuatan-perbuatan dosa akan menghadapi tantangan seperti itu. Yang tadinya tidak pernah ke masjid untuk melaksanakan shalat, tiba-tiba ke masjid pasti semua mata akan memandang kita dengan penuh curiga. Kalau tidak teguh pada pendirian bahwa kita akan meninggalkan perbuatan dosa itu karena Allah mana mungkin kita sanggup untuk bertahan dalam posisi seperti itu.


Simak nasihat Ibnu Atha’illah dalam Al-Hikam.

Idfin wujuudaka filardhi humuuli famaa nabata mimmaa lam yud fan laa yatimmu nabatajuhu

Pendamlah wujudmu dalam tanah tak dikenal, karena sesuatu yang tumbuh dari benih yang tak di tanam, buahnya tiada sempurna.



Nasihat ini mengingatkan kepada kita yakni sebelum melaksanakan sesuatu kita harus benar-benar membulatkan niat kita dan menanamkan disiplin kita, bahwa benar-benar hanya ada Allah dalam jiwa kita. Dengan pendirian yang teguh “cukup Allah yang menjadi saksi” dalam hal ini kita tidak minta persaksian dari manusia, bahwa sesunguhnya kita akan benar-benar bertobat dan menjauhi segala perbuatan dosa-dosa kita. Kalau kita tidak menanamkan bibit tadi maka jadinya tidak akan benar, mungkin saja baru dua atau tiga kali kita berbuat baik mendapat sambutan yang demikian dari masyarakat mungkin saja kita akan kembali lagi pada jalan semula.


4. Menjaga diri


Mengendalikan diri kita supaya jangan terperosok lagi masuk ke jurang dosa tadi dengan cara kita bertawakal kepada Allah dan dengan selalu mempelajari ilmu. Tanpa ilmu kita tidak bisa mengetahui apakah kita ini berbuat dosa atau tidak, terutama dosa-dosa musyrik , kafir , fasik, dan murtad. Karena dosa ini sangatlah halus. Kalau kita belum mengetahui ilmunya alangkah baiknya kita mencari imam yang baik supaya kita selalu terjaga dalam hal ini.

Contoh, kalau kita belum mengetahui jalan ke Jakarta janganlah mengendarai mobil sendirian tetapi kita naik kendaraan umum yang menuju arah Jakarta. Kemudian belilah karcis bus tujuan ke Jakarta. Kita harus patuh dan taat pada peraturan yang diterapkan oleh sopir dan kernetnya supaya tidak diturunkan di sembarang tempat.

Contoh tadi sangat jelas, apalagi perjalanan yang ditempuh oleh kita sangatlah jauh yakni akhirat. Kalau kita tidak mengetahui arah jalannya maka ikutlah kepada orang yang mengetahui jalannya, kemudian kita harus patuh dan taat pada aturan-aturan yang diberikan oleh orang tersebut agar kita tidak diturunkan di sembarang tempat dan akhirnya akan tersesat.

Demikianlah langkah-langkahnya kalau kita mau melaksanakan tobat. Akan tetapi, tobat kita bukanlah tobat ‘sambal’ artinya setelah itu kita melakukan perbuatan dosa lagi. Akan tetapi, kita betul-betul bertobat karena Alloh. Demi mencari keridhoan-Nya agar kita bisa melaksanakan syarat yang kedua dalam menempuh perjalanan kita ke dalam surga yang sudah dijanjikan Allah.

Akan tetapi, jika belum terselesaikan masalah pertama maka upaya kita akan sia-sia melaksanakan syarat yang kedua yakni melaksanakan amal shaleh. Oleh sebab, jelas-jelas tadi juga sudah dibahas jika masih ada kemusyrikan, kekafiran, kemunafikan, kefasikan, dan kemurtadan segala sesuatu amal-amalannya akan sia-sia belaka. Kita hanya menguras tenaga dan pikiran saja tetapi hasilnya tidak ada sama sekali.

Dosa Yang Hampir Sama Dengan Musyrik

3.

Dosa yang Hampir Sama dengan Musyrik


Langkah dosa yang hampir sama hukumannya dengan musyrik adalah Munafik, Fasik, Kafir, dan Murtad.

Langkah-langkah dosa ini kadang-kadang kita terjerat ada di dalamnya maka dari itu penulis mencoba mengklasifikasikan perbuatan dosa tersebut supaya kita jangan hanya mengetahui “Munafik, Fasik , Kafir, dan Murtad” tapi kita tidak mengetahui yang bagaimana yang dikatakan masuk dalam golongan dosa tersebut, untuk itu mari kita kenali ciri dan sifat-sifatnya.

A. Munafik

Munafik merupakan suatu pekerjaan yang sangat keji, sebabnya orang yang munafik sulit diperkirakan karena mereka mancla-mencle. Hari ini mengatakan “iya” besok “tidak”. Orang-orang munafik tidak memiliki pegangan dalam hidupnya, mereka mengambang kalau ditanya mereka selalu menjawab bagaimana ramainya saja. Inilah yang menyebabkan Allah mengancam dengan ancaman yang sangat berat.

Tersirat dalam Al-Quran QS (4 : 137 – 138).

137. Sesungguhnya orang-orang yang beriman kemudian kafir, kemudian beriman, kemudian kafir lagi, terus menambah kekafirannya, maka tidak akan sekali-kali Alloh untuk mengampuninya dan tidak pula menunjuki mereka jalan.

138. Berilah kabar gembira bagi mereka bahwa sesungguhnya mereka akan mendapat adzab yang sangat pedih.

Jelas benar dengan ayat ini sesungguhnya orang yang munafik itu sulit untuk diterka. Hal ini disebabkan mereka tidak menolak tetapi mereka beriman sebelumnya dan jika ditemani mereka kembali lagi dalam kekafirannya, selalu demikian maka Allah mengatakan beri kagar gembira dengan adzab dalam arti kalau dia mendapatkan bencana karena ulahnya biarkan mereka, malahan biarkan agar mereka merasakan akibat yang mereka perbuat.Sekarang mari kita lihat apakah kita tergolong seperti mereka ataukah tidak mari kita simak Qs ( 17-79)

Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu nafilatan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji.

Bahasa Nafilatan dalam kamus Munawir ada dua yakni ibadah tambahan ada juga perbuatan yang lebih dari wajib,kalau di lihatdari segi kalimat jelas disini mengandung perintah yakni Bertahajudlah ini adalah perintah dari Alloh yang harus kita laksanakan sebab kalau kita lihat pertama kali perintah mendirikan sholat yakni datang di surat ketiga yakni shurat Al-muzammil ini kalau kita lihat dari susunan turunnya Al-quran bukan dari suhuf Usmani yang kita pegang maka kalau kita simak Qs ( 73 – 20 )

Sesungguhnya Tuhan kalian mengetahui bahwasanya kalian berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. dan Alloh menetapkan ukuran malam dan siang. Alloh mengetahui bahwa kalian sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, Maka Dia memberi keringanan kepada kalian , Karena itu Bacalah apa yang memudahkan (bagi kalian) dari Al-Quran Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kalian orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Alloh; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Alloh, Maka Bacalah apa yang memudahkan (bagi kalian) dari Al-Quran dan dirikanlahsholat, datangkanlah kebersihan dan menabung kepada Alloh dengan tabungan yang baik. dan kebaikan apa saja yang kalian perbuat untuk diri kalian niscaya kalian memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Alloh; Sesungguhnya Alloh yang mengampuni dan yang menyayangi.

Melihat dari ayat ini jelas bagi orang-orang yang ingin pengampunan Alloh dan ingin kasih sayang Alloh maka bertahajudlah nah dengan ayat ini apakah kita melaksanakannya ataukah kita mengetahui tapi tidak melaksanakan kalau demikian apakah kita tidak tergolong dari kelompok orang-orang munafiq ataukah tidak ? dan mungkin lagi banyak perintah-perintah Alloh yang belum kita laksanakan maka dari itu sebelum kita menuduh kepada orang lain sebaiknya kita tengok dulu pribadi kita

Orang-orang munafik sebetulnya dapat dilihat dari ciri-cirinya.

1. Orang munafik adalah orang yang selalu memilih pemimpin yang salah QS (4 : 139).

Orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi pemimpin / pelindungnya selain daripada orang mukmin, karena mereka mencari kekuatan dari orang kafir tersebut, tetapi sesungguhnya kekuatan itu semua milik Alloh.

Jadi, orang munafik tersebut kalau mencari pemimpin atau perlindungan tanpa menyeleksi dulu. Mereka hanya melihat jabatannya atau kekayaannya saja sebab mereka lebih mencari perlindungan dunia bukan perlindungan dunia dan akhirat, karena mereka lebih takut ancaman manusia dari pada ancaman Allah. Dalam hal ini adalah pemimpin keagamaan yakni imamnya dalam melaksanakan peribadatan tadi kalau kita simak Qs ( 35 : 31- 32 )

31. Dan apa yang Telah Kami wahyukan kepadamu yaitu Al Kitab (Al Quran) Itulah yang benar, dengan membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya. Sesungguhnya Alloh benar-benar yang memberi tahu dan yang memperlihatkan terhadap hamba-hamba-Nya.

32. Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan idzin Alloh. yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.

Dengan ayat ini menegaskan kepada kita bahwa sannya kita harus benar-benar waspada dalam mencari pemimpin tidak bisa sembarangan jelas bahwa yang kita ikuti itu pasti mereka menjadi pewaris dari katab dan dia juga pasti paham akan isi-isinya kitab tadi dan diapun pasti mengetahui hukum-hukum-Nya akan tetapi apakah dia itu ada di golongan yang mana apakah di golongan ke satu , ke dua, atukah ke tiga sebelumnya kita harus melihat dan merasakan dulu sebelum kita angkat dia sebagai pemimpin dalam keagamaan, kebanyakan sekarang banyak menyebar yang mau di angkat jadi pemimpin dengan mengaku sebagai Rosul, sebagai Nabi , sebagai Keturunan Nabi, sebagai Ulama atau lain hal sebaganya agar mendapatklan kepercayaan dari manusia akan tetapi apakah mereka termasuk golongan pertama, ke dua , ataukah ke tiga, tinggal kita harus mampuh menilai sebelum kita angkat dia sebagai pemimpin agar kita tidak tergolong sebagai manusia yang munafiq di sisi Alloh.karena yang akan mendapatkah karunia yang besar adalah jika pemimpin tersebut termasuk pada golongan yang ke tiga. Mari kita simak hadits yangtercantum dalam kitab Riyadussholihin sebagai berikut.

عَى اَبِي مُوْسَ الْاَشْعَرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ:دَخَلْتُ عَلَى النَّبِيِّ اَنَا وَرَجُلاَنِ مِنْ بَنِى عَمِى,فَقَالَ اَحَدُ هُمَا:يَارَسُوْلُ اللهِ اَمِرْنَاعَلَى بَعْضِ مَاوَلاَّكَ اللهُ عَزَّوَجَلَّ,وَقَالَ الْاخَرُ:مِثٍلَ عَلَى ذَلِكَ,فَقَالَ:اِنَّاوَاللهِ لاَنُوَلِّى هَذَاالْعَمَلَ اَحَدًاسَأَلَهُ اَوْاَحَدًاحَرَصَ عَلَيْهِ ( متفق عليه )

‘An abii muusalasy’ariyyi rodiyallohu’anhu qoola: dakholtu ‘alannabiyyi anaa wa rojulaani min banii ‘amii,faqoola ahadu humaa:yaa rosuululloohi amirnaa ‘alaa ba’dhi maawallaakalloohu ‘azza wajalla, wa qoolalaakhoru:mitsla dzaalika, faqoola: innaa walloohi laa nuwallii haadzaal’amala ahadan saalahu au ahadan harodho ‘alaihi,

Abu Musa Al-Asy’ary r.a berkata: Saya dengan dua orang sepupuku masuk kepada Rosululloh, maka salah seorang dari sepupuku itu berkata: Yaa Rosululloh berilah pada kami sabatn di salah satu bagian yang diberikan Alloh kepadamu, yang kedua juga berkata demikian. Maka jawab Nabi: Demi Alloh aku tidak mengangkat seorang dalam suatu jabatan, pada orang yang menginginkan atau oerang yang berambisi pada jabatan itu ( Bukhori- Muslim )

Dengan Hadits ini menegaskan kepada kita bahwa memilih pemimpin terutama dalam keagamaan jangan memilih orang yang berambisi untuk menjadi pemimpin apa lagi dengan berkampanye jika kita memilihnya maka jelas kita termasuk orang yang menentang aturan Rosul, sebab memang kalau orang yang berambisi untuk menduduki jabatan itu tentu ada maksud-maksud tertentu, mana mungkin dia berambisi untuk menempati jabatan tersebut kalau tidak ada sesuatu yang menguntungkan dirinya, padahl seorang pemimpin yang baik tenaga pikiran dan segalanya dicurahkan demi umat karena Alloh, bukan karena ingin meraih popularitas dan bukan untuk menaikan status sosial pemimpim yang baik akan di tentukan Alloh sehingga dia menjadi pemimpin umat tanpa dia harus berkampnyepun dia akan terpilih karena ilmu dan prilakunya yang menampilkan keislaman. Demikian cara menentukan pemimpin agar kita tidak salah menentukan pemimpin dan akhirnya menjadi tergolong orang-orang munafik.

2. Orang munafik adalah orang yang selalu menunggu atau tidak proaktif dalam melaksanakan program orang-orang mukmin QS (4 : 141).

Orang-orang yang menunggu-nunggu akan terjadi pada kalian (orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagi kalian kemenangan dari Alloh mereka berkata “bukankan kami turut bersama kalian“ dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan mereka berkata “Bukankah kami turut memenangkan kalian dan membela kalian dari orang-orang yang beriman“ maka Alloh akan memberi keputusan di antara keduanya di hari kiamat dan Alloh sekali-kali tidak akan memberi jalan kemenangan orang-orang kafir terhadap orang-orang mukmin.

Jadi, pada dasarnya orang munafik itu tidak berani mengawali dalam kebaikan mereka selalu menunggu dahulu. Apakah ada orang yang sudah terlebih dahulu berbuat baik? Mereka menunggu dahulu apakah akan berhasil atau tidak, ini sifat kebiasaan orang-orang munafik.

Contoh, kita selalu ada slogan dalam diri kita “Kalau aku diperlakukan baik maka aku akan lebih baik, sebaliknya kalau aku diperlakukan tidak baik maka aku akan bertindak lebih tidak baik lagi“ padahal kalau orang mukmin mau diperlakukan baik atau tidak, dia akan bertindak baik sesuai dengan apa-apa yang di perintahkan Allah.

Contoh lain, kalau dalam tholabul ilmi mereka menunggu dahulu apakah sudah banyak yang datang atau belum, mereka tidak mau mengawali untuk lebih duluan masuk daripada orang lain, kalau diajak untuk beramal mereka selalu bertanya dahulu apakah orang lain sudah memberi atau belum karena si munafik tidak mau duluan untuk berbuat amal.

Dengan dua contoh tadi mudah-mudahan kita lebih proaktif dalam melaksanakan program – program yang dibuat oleh orang-orang mukmin, terutama kalau dalam melaksanakan kebaikan kita selalu jadi yang terlebih dahulu bukan jadi yang terakhir.

3. Orang munafik adalah orang yang selalu ingin terlihat atau Ria QS (4 : 142)

Sesunggunya orang-orang munafik itu hendak menipu Alloh dan Alloh membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka mendirikan shalat mereka mendirikannya dengan malas. Mereka mengerjakannya ingin terlihat oleh manusia. Dan mereka tidak ingat kepada Alloh kecuali hanya sedikit.

Jadi, melihat dari ayat ini adalah orang yang munafik mengerjakan shalat tetapi dia malas untuk melaksanakannya, ada juga yang melaksanakan shalat kalau ada orang yang melihatnya atau karena takut dikatakan bukan orang Islam. Jadi, jelas hanya sebatas ingin terlihat oleh manusia saja tidak ingat kepada ajaran Allah maksudnya bukan karena Allah tetapi karena ingin dilihat oleh orang lain.

Begitu juga kalau dia mau beramal mau shodaqoh dia ingin pamer kekayaan saja atau ingin dikatakan oleh orang lain bahwa dia termasuk orang yang dermawan tetapi pada dasarnya dia orang yang kikir.

Contoh, kalau untuk memberi shodaqoh yang akhirnya diumumkan kepada khalayak ramai mereka cepat-cepat membantu, tetapi kalau kejadian tersebut mengenai tetangga sendiri atau saudara sendiri mereka enggan untuk mengeluarkan shodaqohnya karena tidak terlihat sama orang lain.

Contoh yang lain, seorang ustad dia berlaku baik dan berpakaian yang rapi kalau di depan umatnya. Demikian juga mustaminya mereka akan berlaku baik memakai jilbab kalau perempuan, berbaju rapi kalau laki-laki. Akan tetapi, jika pengajian itu sudah bubar sang ustad kembali berbuat tidak baik, juga si mustami akan menanggalkan pakaian rapinya kembali pada habitatnya. Seorang perempuan akan meninggalkan jilbabnya juga laki-laki akan berpakaian seenaknya menguikuti mode yang trendi layaknya seorang artis kalau lagi berperan sebagai orang yang shaleh akan berpenampilan sebagai seorang muslim atau muslimah yang taat, padahal pada kehidupan sehari-harinya mereka berlaku jauh dari hukum-hukum Allah.

Demikianlah kemunafikan yang sering kita lakukan tanpa sadar. Inilah di antaranya ciri-ciri orang Munafik.

4. Orang munafik adalah orang yang ragu-ragu QS(4 : 143).

Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir) tidak masuk kepada golongan orang beriman dan tidak masuk ke dalam orang kafirin. Siapa yang sudah sesat menurut Alloh maka sekali-kali tidak akan mendapat jalan baginya.

Ayat ini mengaskan bahwa sesungguhnya orang munafik tidak mempunyai tempat di mana-mana, mereka tidak diakui oleh orang mukmin atau oleh orang kafir. Mereka hidup terkatung-katung tidak mempunyai barisan dan tidak mempunyai perlindungan terusir dari semua golongan.

5. Orang munafik adalah orang yang sumpah dan janjinya tidak bisa dipercaya QS (4 : 60 – 63).

60. Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman, kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim pada thogut padahal telah diperintah untuk meninggalkan thogut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka dengan penyesatan yang sangat jauh.

61. Apabila dikatakan pada mereka “Marilah kalian tunduk kepada hukum yang Alloh telah turunkan dan kepada hukum Rasul“. Niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi kamu dengan sekuat-kuatnya dari kamu.

62. Maka bagaimanakah halnya apabila mereka ditimpa suatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah “Demi Alloh kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna.

63. Mereka itulah orang-orang yang Alloh mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka, dan berpalingkah kamu dari mereka dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.

Ayat ini menunjukkan kepada kita, bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu sulit untuk dipercaya dan juga mereka merasa benar sendiri. Tegas dalam ayat ini kepada kita bagaimana kita menghadapi orang munafik, janganlah kita bersifat lunak malahan kita harus keras supaya mereka jera akan perbuatannya. Dengan kata lain, kalau mereka ditimpa bencana karena perbuatannya kita tidak boleh untuk menolongnya.

Demikianlah orang munafik itu, tinggal kita introspeksi pada diri kita apakah ada sifat yang demikian. Sebabnya kalau kita selalu memperhatikan orang lain maka kita sendiri akan terbengkalai akan menganggap dirinya paling baik sedangkan orang lain salah. Ini yang akan terjadi kalau kita selalu memperhatikan orang lain seperti dalam peribahasa “Semut di luar akan kelihatan jelas tetapi gajah di pelupuk mata tidak terlihat”.

Maka Quran itu untuk diri sendiri, mengatur perilaku diri sendiri bukan mengatur perilaku orang lain.

Adapun ancaman siksa bagi orang-orang munafik adalah QS (4 : 145).

Sesungguhnya orang munafiq itu akan menempati tempat yang paling bawah di neraka. Dan sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.

Inilah hukuman yang diancamkan Allah bagi orang-orang munafik sangat berat. Akan tetapi, jika mereka mau bertobat dan berbuat baik maka Allah akan mengampuninya QS (4 : 146).

Kecuali orang-orang yang bertobat dan insaf dan berpegang teguh pada agama Alloh mereka melaksanakannya ikhlas karena Alloh. Maka mereka itu adalah bersama orang-orang yang beriman dan kelak Alloh akan memberi kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar.

Demikianlah Allah masih memberikan kesempatan bagi kita jika ada sifat-sifat kemunafikan tadi pada diri kita, maka cepatlah kita mencari pengampunan Allah dan berbuat baik selalu berpatokan pada tali Allah, artinya pada ajaran Allah yakni Quran jangan berpatokan pada kebiasaan atau berpatokan pada adat. Sebab kalau kemunafikan itu terus-menerus dan akhirnya kita mati dalam kemunafikan, maka kita akan menempati tempat yang dijanjikan Allah dalam Neraka Jahannam.

Sekarang bagaimana menghadapi orang-orang Munafik kita simak QS (4 : 90 – 91).

90. Kecuali orang-orang yang meminta perlindungan kepada sesuatu kaum, yang antara kalian dan kaum itu telah ada perjanjian damai atau orang-orang yang datang kepada kalian, sedang hati mereka merasa keberatan untuk memerangi kalian dan memerangi kaumnya.Kalau sesuai dengan kehendak Alloh, tentulah Dia memberi kekuasaan kepada mereka terhadap kalian, lalu pastilah mereka memerangimu, tetapi jika mereka membiarkan kalian dan tidak memerangi kalian serta mengemukakan perdamaiaan kepada kalian maka Alloh tidak memberi jalan bagi kalian untuk menawan dan memerangi mereka.

91. Kelak kalian akan dapati yang lain, yang bermaksud supaya mereka aman dari kalian dan aman pula dari kaumnya. Setiap mereka diajak kembali kepada fitnah mereka pun terjun kapadanya,karena itu jika mereka tidak membiarkan kalian dan tidak mau mengemukakan perdamaian kepada kalian serta tidak menahan kedua tangan mereka dari memerangi kalian maka tawanlah mereka perangilah mereka dan merekalah orang-orang yang Kami berikan kepada kalian alasan yang nyata untuk memerangi dan menawannya.

Ayat ini menerangkan kepada kita bahwa menghadapi kaum yang fasik tidak bisa lemah harus benar-benar tegas tidak perlu ada balas kasihan, maksudnya diperangi di sini adalah dengan cara kita mengucilkan mereka dari lingkungan orang-orang muslim dan membiarkan mereka dalam kesusahan dan kesengsaraannya. Kita tidak boleh membantu mereka karena kesusahan dan kesengsaraannya disebabkan oleh tindakan mereka sendiri karena mereka tergolong orang-orang yang munafik yang pantas ditimpakan adzab kepadanya.

B. Fasik

Orang-orang fasik adalah orang yang pada dasarnya mengetahui dan meyakini kebenaran hukum-hukum Allah. Akan tetapi, mereka melanggarnya dan menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang sudah ditentukan Allah. Adapun orang yang fasik dapat dilihat dari ciri-cirinya yakni.

1. Orang fasik adalah orang yang tidak dapat menyimak tanda-tanda Allah QS (2 : 26).

Sesungguhnya Alloh tidak segan untuk membuat perumpamaan berupa seekor nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman maka mereka mengetahui bahwa perumpamaan itu benar-benar dari tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan,”Apakah maksud Alloh dengan perumpamaan ini“. Dengan perumpamaan itu banyak yang sesat dan dengan perumpamaan itu pula banyak yang mendapatklan petunjuk. Dan tidak ada yang sesat dengan perumpamaan itu kecuali orang-orang yang fasik.

Jadi jelas orang-orang yang fasik selalu bertanya jika ada tanda-tanda dari Alloh bukannya menyadari dan meyakini kepada Alloh malahan selalu bertanya.

Contoh, kalau mereka diperlihatkan dengan kejadian-kejadian alam, berupa bencana atau apa saja maka mereka selalu bertanya mengapa begini, mengapa begitu. Padahal jelas bahwa kejadian itu akibat perbuatan manusia itu sendiri atau disebabkan oleh kecerobohan manusia itu sendiri. Bukannya semakin mendekatkan diri kepada Allah malahan mereka mempertanyakan kepada Allah,kalau ditimpakan kepada mereka satu kejadian yang merugikan mereka selalu bertanya “Dosa apa yang telah aku perbuat ya Allah sehingga terjadi begini“.

Demikianlah pekerjaan orang-orang yang fasik.

2. Orang fasik adalah orang yang selalu mengingkari perjanjiannya QS (2 : 27).

Orang-orang yang melanggar perjanjian Alloh sesudah pejanjian itu teguh,dan memutuskan apa yang diperintahkan Alloh untuk menyambungkan silaturahmi dan membuat kerusakan di muka bumi, itulah orang-orang yang rugi.

Jelas orang-orang fasik itu sulit untuk dipercaya, mereka selalu melanggar perjanjiannya sendiri. Mereka membuat jurang permusuhan semakin dalam karena mereka selalu mengingkari janjinya dan mereka selalu merusak di muka bumi ini. Maksudnya adalah mereka merusak tatanan kehidupan aturan-aturan kemasyarakatan ataupun aturan-aturan kehidupan yang lainnya, padahal mereka mengetahui kalau melanggar mengetahui akibat yang akan mereka dapatkan.

Contoh, dalam tatanan penghijauan mereka mengetahui kalau hutan banyak ditebang akan menimbulkan bencana longsor atau banjir karena penyerapan air tidak ada. Akan tetapi, dengan dalih memperbaiki lingkungan mereka menebang hutan dijadikan tempat-tempat peristirahatan atau dijadikan vila, maka jelaslah akan terjadi longsor dan kekurangan air, atau akan terjadi banjir. Ada lagi banyak sawah petani yang tadinya bagus yang tadinya panennya baik, dengan dalih pembangunan. Mereka membuat perumahan-perumahan di tempat tadi maka jadilah sawah dan ladang petani itu hilang. Adapun yang tersisa hasilnya tidak memuaskan tidak seperti sebelum dibangun perumahan maka dengan demikian terjadilah kemiskinan di mana-mana akibat sawah dan ladangnya habis dipakai lahan perumahan.

Sekarang mari kita simak Qs ( 2 : 11 – 12 )

11. Dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi". mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan."

12. Ingatlah, Sesungguhnya mereka Itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.

Dengan ayat ini menegaskankepada kita bahwa sesungguhnya jawaban-jawaban yang mengatas namakan memperbaiki pada kenyataannya memang akhirnya tindakan itulah yang akhirnya merusak lingkungan banyak contoh-contoh yang sudah terjadi, dengan dalih memperbaiki lingkungan akhirnya merusak lingkungan dengan daklih menegakkan kebenarn akhirnya mereka sendiri yang merusak persaudaraan dan sebagainya dan sebagainya yang sudah tampak kerusakan di semua sektor , sektor ekonomi, sektor budaya, sektor alam pokoknya IPOLEKSOSBUDHANKAM semua sudah rusak dengan dalih memperbaiki.

Mari kita simak Qs ( 30 – 41 )

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusia, supaya Alloh merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

Jelas dengan ayat ini tampak kerusakan dilautan tatanan kehidupan laut lingkungan laut rusak sudah jelas juga di daratan tatanan kehidupan alam dan sebagainya dengan demikian sebetulnya agar kita kembali kepada benar kembali kepada jalan yang sudah di tentukan oleh Alloh dan yang sudah di contohkan oleh Rosul-Nya , inilah salah satu cirinya orang fasik yang selalu merusak di muka bumi ini.

Dan kalau kita perhatikan pada kehidupan kita juga sehari-hari kita sudah berjanji akan patuh dan taat kepada Alloh dan rosul-Nya tapi pada kenyataannya tidak, di dalam rumah tanggapun sudah berjanji di depan penghulu malah suka di keraskan dengan pengeras suara, bahwa sannya akan memperlakukan istri dengan baik, tidak akan menyakiti badannya dan sebagainya dan sebagainya, tapi kenyataannya banyak pertengkaran terjadi karena memperlakukan istri tidak baik, dan dalam kenyataannya banyak istri yang mengadu karena di sakiti badannya oleh suaminya, demikian juga sebagai seorang istri berjanji di depan penghulu akan taat dan patuh kepada suami sesuai dengan perintah Alloh dan rosul-nya, tapi kenyataannya tidak malahan dia sebagai pembangkang, maka jelaslah dalam rumah tangga tersebut bukannya rukun dan damai malahan bencana terus menerus adzab Alloh menimpa keluarga tersebut dengan terus-menerus hidup dalam pertengkaran dan akhirnya akan kandaslah rumah tanggga tersebut yang akan menghasilkan derita kepada anak keturunannya. Demikianlah kebiasaan orang-orang fasik.

3. Orang fasik, orang yang selalu memutuskan tanpa hukum Allah QS (5 : 47).


Dan hendaklah pengikut-pengikut Injil memutuskan perkaran dengan apa-apa yang diturunkan oleh Alloh di dalamnya.Siapa memutuskan perkara tanpa menurut kepada hukum-hukum Alloh maka mereka termasuk orang-orang fasik.

Jadi, orang-orang fasik memutuskan perkara tidak memakai hukum-hukum Allah tetapi memakai cara tersendiri berdasarkan hawa nafsunya sendiri, padahal mereka mengetahui hukum Allah. Oleh karena satu dan lain hal atau karena hukum tersebut tidak cocok dengan hawa nafsunya, maka mereka membuat hukum sendiri sehingga keputusan itu mengarah pada keinginan hawa nafsunya.

4. Orang fasik, orang yang berpaling dan menyembunyikan kebenaran QS (61 : 5).

Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya,”Hai kaum-ku mengapa kakilan menyakitiku, sedangkan kalian mengetahui bahwa sesungguhnya aku adalah utusan Alloh untuk kalian” Maka tatkala mereka berpaling, Alloh memalingkan hati mereka, dan Alloh tiada memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.

Demikianlah orang fasik tidak mematuhi Rasulnya, mereka ingin sekehendak hati mereka. Hal ini disebabkan kedengkian atau karena gengsi mereka sehingga mereka mengingkari perintah Rasulnya padahal mereka mengetahui bahwa sesungguhnya yang diingkari itu adalah perintah rasulnya. Jelas-jelas mereka menyembunyikan kebenaran karena takut kedudukan atau tuduhan dari golongannya sehingga mereka berani melanggar perintah Allah dan Rasulnya.Mari kita simak lagi Qs ( 2 : 42 )

Dan janganlah kalian Menghiasi yang hak dengan yang bathil dan janganlah kalian sembunyikan yang hak itu sedang kalian Mengetahui.

Kita dilarang untuk menghiasi pekerjaan yang kak dengan yang bathil, perbuatan ini yang mungkin karena ketidak tahuan atau karena mungkin juga menyembunyikan yang hak sehingga perbuatan itu selalu kita laksanakan.

Contoh : Dalam upacara ritual pernikahan padahal syarat pernikahan sudah mengetahuinya yaklni pengantin wanita, pengantin laki-laki,wali, maskawin, saksi , ijab dan qobul.semua juga sudah mengetahuinya akan tetapi karena adat dan kebiasaan, maka pernikahan itu menjadi berat dengan harus mengadakan pesta perkawinan dan macam-macam persyaratan yang di ada-adakan, apa lagi dalam ritual pernikahan dihiasi dengan satu acara yang jelas acara itu tidak islami, misalnya dengan mengadakan Orgen tunggal dengan penyanyi-penyanyi yang seronok sehingga menimbulkan dosa bukan di teruskan dengan acara-acara yang menimbulkan ketaqwaan kepada Alloh akan tetapi acara yang akan menimbulkan kemaksiatan.

Contoh tadi sering kita jumpai dimasyrakat Islam apakah karena ketidak mengertian ataukah karena ingin di lihat oleh orang karena kita termasuk orang kaya atau karena rasa sayang dan cinta kita kepada anak yang berlebihan sehingga kita menyembunyikan yang hak dan memunculkan yang bathil,dengan alasan apapun kita tidak boleh melaksanakannya, karena perbuatan yang seperti itu sebagian dari ciri-ciri orang fasik sehingga jika kita mengetahuinya mudah-mudahan kita bisa menghindarinya, agar kita mampu melaksanakan pengabdian kepada Allah secara sempurna dan berada pada jalan yang lurus.

Adapun adzab yang dijanjikan Allah kepada orang-orang fasik adalah sebagai berikut tercantum dalam QS (29 : 34).

Sesungguhnya Kami akan menurunkan adzab dari langit atas penduduk kota ini karena mereka berbuat fasik.

Kalau kta menyimak ayat di atas, jelas kejadian-kejadian alam ini terjadi karena perbuatan kita sendiri. Untuk itu alangkah bodohnya kita kalau ada sesuatu yang menimpa pada diri kita, kita mempertanyakan kepada Allah dengan mengatakan, “Mengapa ya Allah, dosa apakah ya Allah”. Pertanyaan ini yang selalu terlontar dari mulut kita, apabila ada kejadian yang menimpa pada diri kita seolah-olah menganggap Allah salah menimpakan adzab tersebut.

Kalau kita menyimak ayat tadi tidak semata-mata Allah menurunkan adzab kalau kita sendiri tidak berbuat kesalahan, alangkah bijaknya kalau kita ditimpa permasalahan selalu introspeksi pada diri kita bahwa sesungguhnya kejadian tersebut buah dari karya yang kita perbuat.

Persamaan sifat-sifat orang fasik dengan orang-orang Munafik tersirat dalam Al-Quran QS (9 : 67).

Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama. Mereka menyuruh berbuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma’ruf dan mereka menggenggamkan kedua tangannya, mereka telah lupa kepada Alloh, maka Alloh pun akan melupakannya. Orang-orang munafik adalah orang-orang yang fasik.

Jadi, jelaslah persamaan orang-orang munafik dan orang-orang fasik adalah sama-sama menggenggamkan tangannya. Dalam arti mereka enggan untuk menolong sesama, enggan untuk menafkahkan dan menginfakkan sebagian dari rizkinya di jalan Allah karena mereka menganggap rizki yang dia dapatkan hasil jerih payahnya sendiri. Mereka melupakan Allah padahal kalau tanpa karunia dan pertolongan Allah mana mungkin mereka bisa mendapatkan rizki.

Orang munafik dan fasik tidak menyadari kalau kesehatannya terganggu bagaimana mungkin mereka bisa melangkahkan kaki untuk mencari rizki, yang jelas mereka harus mengeluarkan sebagian hartanya untuk berobat supaya badannya kembali sehat. Inilah salah satu pertolongan Allah yang tanpa kita sadari banyak kita lupakan.

Cara memperlakukan orang-orang fasik sama dengan menghadapi orang-orang munafik kita juga tidak perlu merasa belas kasihan terhadap mereka.

C. Kafir

Orang-orang kafir, mereka yang tidak mau menerima atau menolak ajakan-ajakan Allah dan Rasulnya. Orang-orang kafir berani menentang dan menghujah segala yang diturunkan Allah dan Rasulnya. Adapun, orang-orang kafir bisa dilihat dari ciri-cirinya.

1. Orang-orang kafir adalah orang yang taklid buta Qs ( 2 : 170 171 ).

170. Dan apabila dikatakan kepada mereka “Ikutilah apa-apa yang telah diturunkan Alloh“ mereka menjawab, “Tidak tetapi kami hanya mengikuti apa-apa yang telah kami dapati dari bapak-bapak kami” walaupun bapak-bapak mereka itu tidak mengetahui sesuatu apa pun dan tidak mendapatkan petunjuk.

171. Dan perumpamaan orang-orang kafir seperti gembalaan yang tidak mendengar selain dari panggilan pengembalanya saja.Mereka itu tuli, bisu,dan buta maka mereka tidak akan mengerti.

Jadi, orang kafir itu tidak mau mengikuti apa-apa yang diturunkan Allah kepada mereka melalui rosulnya. Akan tetapi, mereka taklid kepada bapak-bapaknya ataupun kepada guru-gurunya meskipun yang diikutinya tidak sesuai dengan apa-apa yang diturunkan Allah atau tidak sesuai dengan hukum-hukum Allah. Mereka taklid buta tanpa ilmu karena mereka tidak mau mempelajari hukum-hukum Alloh.

Contoh, kita patuh dan taat pada ajaran adat meskipun adat tersebut jelas-jelas melanggar hukum-hukum Allah. Dengan dasar takut kuwalat, takut melanggar ajaran leluhur, kita berani melanggar hukum-hukum Allah. Ketika dikatakan kepada kita bahwa itu adalah “salah menurut Allah” kita tidak mau mendengar, kita hanya patuh pada ketentuan “dukun-dukun” dan “paranormal” bukan patuh kepada Rasul.

Dengan contoh di atas tadi jelas, orang kafir tidak mau mendengarkan seruan Alloh selain dari seruan yang diikutinya meskipun hal itu salah, mereka tidak mempergunakan akal dan pikirannya.

Contoh yang nyata, yakni dalam membangun rumah, pesta panen, pesta laut, upacara memandikan jimat, upacara adat perkawinan dll.

Beberapa contoh tadi di atas sering kita lakukan meskipun hal itu jelas melanggar aturan Allah, tragisnya lagi dengan berdoa menggunakan kalimat-kalimat atau ayat-ayat Allah dan yang memimpin upacara tersebut adalah seorang kiyai.

Hal inilah yang semakin memperjelas kepada kita bukannya mendengar seruan Allah dan Rasulnya, akan tetapi kiyai tersebut hanya mengikuti kebiasaan nenek moyangnya yang tidak ada petunjuknya dalam Al-Quran. Dengan dalih melestarikan budaya atau dengan dalih apa pun tetap perbuatan itu merupakan satu pelanggaran besar menurut hukum-hukum Allah.

Inilah satu ciri dari orang kafir, mereka mengikuti petunjuk bapak-bapaknya atau pendahulunya meskipun mereka tidak mengetahui maksud dan tujuan melaksanakannya.

2. Orang-orang kafir jika beramal tidak berdasarkan kepada hukum Allah QS (5 :103 – 104).

103. Alloh tidak mensyariatkan ‘bahirrah’ (anak unta yang sudah beranak lima dikecualikan tidak boleh diambil susunya dan ditunggangi) ‘saa’ibah’ (unta yang dibiarkan lantaran nazar) ‘waashilah’ (anak domba yang kembar betina dan jantan, si jantannya diberikan untuk berhala) dan ‘haam’ (unta jantan yang telah membuntingkan betina menghasilkan sepuluh anak maka unta jantan tersebut dibiarkan) akan tetapi orang-orang kafir membuat kedustaan terhadap Alloh dan sebagian besar dari mereka tidak mengerti.

104.Apabila dikatakan kepada mereka “Marilah kita mengikuti apa yang diturunkan Alloh dan mengikuti Rasul-Nya” mereka menjawab, “Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati dari bapak-bapak kami mengerjakannya“ Dan apakah mereka akan mengikuti bapak-bapak mereka walaupun bapak-bapak mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak pula mendapat petunjuk.

Dalam hal ini, orang-orang kafir melakukan tidakan dan perbuatannya tanpa dasar hukum-hukum Allah tetapi mereka mengikuti kebiasaan para leluhurnya saja dan mungkin mengikuti orang yang diikutinya meskipun hal-hal tersebut tidak terjangkau jangankan oleh hukum-hukum Allah bahkan oleh logika pun tidak.

Contoh, demi mencapai tujuan tertentu kita diharuskan dengan menyembelih ‘domba hitam’ atau ‘ayam cemani’ atau di adat Sunda suka ada ‘Huripan’. “Jika kita melahirkan anak maka kita harus melepaskan seekor anak ayam ke hutan” Yang demikian itu dikatakan huripan.Contoh lain, kita harus menanamkan kepala kambing atau telor angsa busuk kalau mau membangun.

Dengan contoh tadi, tanpa disadari kita sudah banyak melakukannya walaupun kita tidak memahaminya sedikit pun, untuk apa dan apa hubungannya? Misalkan agar naik jabatan atau untuk kesembuhan harus menyembelih ayam cemani atau kambing hitam. Syarat itu ditentukan oleh pemuka agama atau dukun-dukun yang kita percayai. Inilah satu ciri-ciri kekafiran.Yang lebih tragis lagi ritual-ritual keagamaan yang jelas jelas tidak ada dalam Al-qur’an juga tidak dicontohkan oleh Nabi tapi masih kita laksanakan karena mereka mengikuti ajaran bapak-bapaknya yang terdahulu ketika ada orang yang menyerukan atau membacakan ayat-ayat Alloh mereka mengelak dengan tegas.malahan mereka memusuhi orang yang membacakan ayat tadi, masya Alloh ini banyak kita temukan dalam kehidupan kita sehari-hari.

3. Orang-orang kafir selalu mengikuti angan-angannya saja QS (15 : 2-3).

2. Orang-orang kafir itu sering menginginkan, kiranya dahulu mereka menjadi orang muslim.

3. Biarkanlah mereka makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan kosong mereka, kelak mereka akan mengetahui akibatnya.

Jadi, orang-orang kafir selalu membesarkan angan-angannya sehingga mereka lalai akan perintah-perintah Alloh. Pada dasarnya, orang-orang kafir tidak menerima kenyataan yang ada dan tidak pernah mensyukuri karunia Allah yang telah ditimpakan kepada mereka.

Contoh, secara tidak langsung kita sering mengatakan “Seandainya aku kaya, seandainya aku mampu, seandainya aku dan sebaginya - dan sebagainya”.

Padahal kalau kita cocokan dengan ayat yang tadi, kita jelas sudah termasuk pada satu sifat kekafiran karena pada dasarnya kita tidak mau menerima kenyataan dan kita tidak mensyukuri kenyataan yang ada. Kalau kita mau berbuat baik maka mengapa harus menunggu kaya dahulu? Mengapa harus menunggu mampu dahulu? Padahal dengan kenyataan yang ada kita pun bisa berbuat baik.kita lihat Hadits yang tercantum dalam kita Riyadussholihin seperti berikut.

وَعَنْ اَبٍي ذَرٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: ضَلَ لِى رَسُوْلُ اللهِ لاَتَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوْفِ شَيْئًا وَلَوْ اَنْ تَلْقَى اَخَكَ بِوَجْهٍ ظَليْقٍ ( زواه مسلم )

Wa ‘an abii dzarrin rodiyallohu’anhu qoola:qoola lii rosululloohi : laa tahqironna minalma’ruufi syai-an walau an talqoo akhooka biwajhin tholiiqin.

Abu Dzar r.a berkata: Rosululloh bersabda: kepada saya : Jangan meremehkan perbuatan kebaikan seeorang, walaupun sekedar menyebut kawan dengan muka yang manis ( Muslim ).

Jadi dengan hadits ini kita jangan bersedihhati jangan kecil hati meskipun keadaan kita miskin kita tetap bisa berbuat kebaikan yakni dengan memperlihatkan perangai yang manis dan perkataan yang baik itu merupakan satu kebajikan yang mendapatkan pahala dari Alloh.

4. Orang-orang kafir dianggap orang yang bisu, tuli, dan buta QS(2 : 6–7).

6. Sesungguhnya orang-orang kafir sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan ataupun tidak diberi peringatan,mereka tetap tidak akan beriman.

Dan bagi mereka adzab yang sangat besar.

7. Alloh telah mengunci mati hati dan pendengarannya, dan penglihatan mereka di tutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.

Orang kafir dikatakan tuli, bisu, dan buta. Bukan tuli tidak dapat mendengar atau bisu tidak bisa berkata-kata ataupun buta tidak dapat melihat. Akan tetapi, mereka tidak mau mendengar seruan-seruan Allah dan Rasulnya disebabkan mereka sudah lekat keyakinannya kepada adat istiadat leluhur mereka, atau bisa jadi karena mereka sudah terbelenggu dengan kehidupan duniawi sehingga mereka tidak mau lagi mendengar seruan Alloh. Jika demikian akhirnya maka Alloh akan menutup hati dan telinga juga matanya karena perbuatan mereka sendiri.

Mengenai ditutupnya oleh Allah bukan berarti sudah ditutup, akan tetapi karena perbuatan mereka yang ingkar maka jatuhlah hukum Allah kepada orang tersebut.

Contoh, seorang murid sekolah. Dia murid yang tidak dapat diatur oleh gurunya dan mungkin sering membolos dan hasil ujiannya jelek maka dia tidak diluluskan oleh gurunya. Apakah karena kedhaliman guru sehingga dia tidak lulus ataukah karena ulah si murid tersebut? Yang jelas karena ulah murid tersebut sehingga dia tidak lulus.

Demikian juga dengan ditutup mata, telinga, dan penglihatan orang kafir tersebut, bukan karena kedhaliman Alloh tetapi karena perbuatan manusia itu sendiri karena kekafirannya.

Contoh yang lain, seorang pedagang kaya raya. Mereka menganggap kekayaannya itu hasil jerih payahnya sendiri. Mereka mencintai kekayaannya sehingga apabila diserukan kepada mereka untuk mengeluarkan Infak maka mereka akan menolaknya. Begitu juga seorang pekerja, mereka mencintai pekerjaannya maka ketika diseru oleh Allah untuk melaksanakan shalat maka mereka akan menolaknya, juga seorang wanita yang mencintai rambutnya ketika diserukan Allah untuk memakai jilbab maka dia akan menolaknya.

Dengan contoh tersebut maka jelaslah yang dikatakan kafir itu orang yang tuli, dan bisu juga buta bukan buta matanya, bukan tuli telinganya, bukan bisu mulutnya tetapi hatinya karena mereka sudah tertutup oleh kecintaannya terhadap duniawi.

5. Orang-orang kafir selalu memusuhi Rasul dan selalu membantah. Orang-orang kafir manusia yang paling dhalim QS (18 : 56–57).

56. Dan tidaklah Kami mengutus Rasul-rasul hanyalah sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, akan tetapi orang-orang kafir membantah dengan bathil agar dengan demikian mereka dapat melenyapkan yang hak,dan mereka menganggap ayat-ayat Kami dan peringatan-peringatan terhadap mereka sebagai bahan olok-olok.

57. Dan siapakah yang lebih dhalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat dari Tuhannya lalu dia berpaling daripadanya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya. Sesunggunya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka,sehingga mereka tidak bisa memahaminya,dan Kami letakkan pula sumbatan di telinga mereka,dan kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk,niscaya mereka tidak akan mendapatkan petunjuk itu selama-lamanya.

Jadi, jelaslah orang-orang kafir selalu membantah ayat-ayat Allah yang diturunkan melalui Rasul-Nya sehingga mereka mengadakan pernyataan-pernyataan untuk melenyapkan yang hak supaya timbul yang bathil, juga dikatakan yang paling dhalim itu adalah orang-orang kafir karena mereka mengetahui dan mendengar seruan-seruan Rosul tetapi mereka tidak mau menurutinya karena kedengkian yang ada pada dirinya.

Contoh, Allah menyerukan untuk bersatu dan jangan berpecah belah, juga jangan merusak di muka bumi ini, mereka mengetahui dengan adanya perpecahan maka akan terjadi kerusakan di muka bumi ini dengan timbulnya pemahaman-pemahaman yang berbeda maka akan merusak tatanan yang ada. Akan tetapi, dengan berbagai macam dalih apakah itu dalih politik ataupun dalih modernisasi, atau dalih apa pun sehingga mereka menimbulkan perpecahan maka timbullah beberapa golongan yang satu dengan yang lain saling membanggakan golongannya. Akhirnya akan hancurlah tatanan hidup bernegara ataupun beragama karena saling menjelekan satu dengan yang lain.

Inilah satu bukti kedhaliman orang-orang kafir tersebut sehingga satu dengan yang lainnya saling bermusuhan.

6. Orang-orang kafir adalah seburuk-buruknya makhluk QS (8 : 55–57).

55. Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Alloh ialah orang-orang yang kafir karena mereka tidak beriman.

56. Yaitu orang-orang yang kamu telah mengambil perjanjian dari mereka,sesudah itu mereka menghianati janjinya pada setiap kali mereka berjanji,dan mereka tidak takut akan akibatnya.

Jadi, yang dikatakan makhluk yang paling buruk menurut hukum Allah adalah orang-orang yang kafir yang tidak mau beriman. Adapun ciri yang tampak dari orang kafir adalah selalu menghindar dari perjanjian atau selalu mengingkari perjanjian yang telah dibuat terutama ketika mereka berjanji terhadap rasul untuk mengikutinya, mereka selalu mengingkarinya inilah ciri yang bisa tampak jelas dan terasa.

7. Orang kafir suka mengikuti adat dan kebiasaan QS (2 : 120–121).

120. Orang-orang Yahudi dan Nasoro tidak akan ridho kepadamu sebelum kamu mengikuti kebiasaan mereka. Katakanlah “Sesunggunya petunjuk Allah adalah sebenar-benarnyua petunjuk” dan sesungguhnya jika kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah ilmu datang kepada kamu,maka tidak akan ada pertolongan dan perlindungan Allah untuk kamu.

121.Orang-orang yang telah Kami berikan ketentuan kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang benar, maka mereka itulah yang dikatakan orang yang beriman,dan siapa yang mengingkari kepada ketentuan tersebut,maka mereka itu tergolong orang-orang yang merugi.

Ayat ini melarang kita untuk mengikuti kebiasaan-kebiasaan orang Yahudi atau Nasoro sebab orang yang selalu mengikuti kebiasaan mereka adalah orang-orang yang kafir dan tidak akan mendapatkan pertolongan juga perlindungan dari Allah. Banyak yang kita ikuti langkah dan kebiasaan mereka yang tidak kita sadari padahal itu adalah kebiasaan mereka .

Contoh, orang Yahudi dan Nasoro jika menjalankan peribadahannya dengan senandung-senandung nyanyian dan pujian-pujian terhadap tuhannya dengan sebuah nyanyian yang mendayu-dayu. Kita juga sering mengungkapkan pujian-pujian terhadap Allah dengan nyanyian-nyanyian, apakah ini tidak disebutkan dengan mengikuti mereka. Mana yang lebih dahulu mereka atau kita yang melaksanakan hal semacam itu?

Sekarang mari kita simak Qs ( 36 : 69 – 70 )

69. Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah layak baginya. Al Quran itu tidak lain hanyalah peringatan dan Kitab yang memberi penerangan.

70. Supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup dan supaya Pastilah (ketetapan azab) terhadap orang-orang kafir.

Dengan ayat ini bolehkah kita mambaca dan menerangkan Al-Quran dengan lantunan-lantunan syair

Melihat contoh dan ayat tadi, kita sering terjerembab masuk pada jurang kekafiran karena faktor ketidak tahuan kita, padahal jelas pujaan-pujian terhadap tuhannya yang melalui syair-syair dan nyanyian adalah kebiasaan mereka. Mereka (baca: Yahudi dan Nasoro) dari dahulu sampai sekarang selalu melaksanakan hal itu. Akan tetapi, kita mengikuti langkah mereka karena dipandang oleh kita hal itu bagus, padahal cara itu merupakan kebiasaan Yahudi dan Nasoro, banyak hal yang sebetulnya merupakan kebiasaan mereka, kemudian kita mengikutinya, seperti perayaan ulang tahun dengan cara meniup lilin,orang-orang Yahdi dan Nasoro suka berpesta-pora, kita mengikuti hal yang demikian. Adalagi yang paling mencolok yang sering dilakukan oleh orang Islam, yakni kebiasaan-kebiasaan orang-orang terdahulu yang sering mereka lakukan seperti “membakar kemenyan (ngukus), mengadakan atau menyediakan sesaji-sesaji, mengadakan tumbal-tumbal, mengadakan pesta panen atau pesta laut, dan serentahun” kebiasaan ini yang sering dilakukan oleh orang Islam.

Contoh, kebiasaan orang-orang terdahulu kalau menyampaikan atau menasihati selalu dengan simbul-simbul seperti padi, telur, dan semacamnya. Misalnya kalau mau ada pernikahan, sebelumnya ada acara siraman harus oleh orang tua minimal tujuh orang dan harus dari sumber mata air tujuh sumber mata air, juga setelah itu upacara ‘ngeuyek seureuh’ kalau di adat Sunda terus acara saweran dan sebagainya. Hal ini sering dilaksanakan oleh orang Islam dengan bahasa kerennya “Upacara adat”. Jelas hal itu tidak tercantum dalam Al-Quran dan juga tidak dilaksanakan atau tidak ada contohnya dari rasul jadi jelas jika kita mengikuti hal yang demikian bisa termasuk golongan orang-orang Kafir.

Dengan berbagai contoh di atas tadi, mudah-mudahan kita bisa dan mampu untuk tidak melaksanakannya sebab kalau kita tidak sabar yakni tetap teguh pada aturan Allah kita bisa tergolong orang-orang kafir karena tidak mengikuti trendinya zaman.

Masih banyak contoh kebiasaan yang tidak diatur Allah dan dicontohkan Rasul-Nya yang sering kita lakukan, mudah mudahan dengan dua contoh tadi bisa memberikan gambaran kepada kita untuk tidak melaksanakan hal-hal yang menjadi kebiasan orang-orang kafir.

Dosa orang-orang kafir tidak akan diampuni Alloh QS(4 : 167–169).

167. Sesungguhnya orang-orang kafir dan menghalang-halangi dari jalan Alloh, benar-benar telah sesat sejauh-jauhnya.

168. Sesungguhnya orang-orang kafir dan yang melakukan kedhaliman,Alloh sekali-kali tidak akan mengampuni dosa mereka dan tidak pula akan memberikan petunjuk bagi mereka.

169. Kecuali jalan ke neraka jahanam,mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Dan yang demikian itu mudah bagi Alloh.

Dosa orang-orang kafir itu tidak akan diampuni Allah, mereka juga tidak akan mendapatkan petunjuk untuk menempuh surga karena jalan untuk menempuh surga ada dalam Al-Quran. “Siapa yang mempelajari Al-Quran sama dengan mempelajari jalan ke surga” jadi bagaimana mereka akan mendapatkan petunjuk jalan ke surga sedangkan mereka membenci Al-Quran dan mereka membohongkannya.

Ayat lain dalam Qs ( 9 : 80 )

Kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka (adalah sama saja). kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali, namun Allah sekali-kali tidak akan memberi ampunan kepada mereka. yang demikian itu adalah Karena mereka kafir kepada Alloh dan Rosul-Nya. dan Alloh tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.

Ayat selanjutnya Qs ( 9 : 84 )

Dan janganlah kamu sekali-kali menyolati (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka Telah kafir kepada Alloh dan Rosul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik.

Demikianlah Alloh menghukum kepada orang-orang kafir alangkah beratnya hukuman terhadap orang kafir tersebut sehingga orang lainpun tidak boleh untuk memintakan ampun untuknya dan dilarang untuk menyolati dan mendatangi kuburannya untuk mendo’akan larangan ini berlaku meskipun anaknya sholeh tidak diperbolehkan untuk mendo’akan atau memintakan ampun kepada Alloh jika kita memaksakan diri maka kita juga termasuk orang yang kafir karena melangar aturan Alloh.. Cara untuk menghidari dari kekafiran tersebut kita harus benar-benar mempelajari Al-Quran supaya kita jangan tersesat dalam perjalanan kita di dunia dan akhirat.

Apabila kita mengenal ciri-ciri kekafiran maka kita akan lebih mudah lagi mengontrol diri kita. Apakah ada unsur-unsur kekafiran pada diri kita ataukah tidak, janganlah menuduh kafir terhadap orang lain sebab kalau kita sudah menuduh orang lain kafir maka diri kita sendiri akan terbengkalai. Alangkah baiknya kita selalu mengontrol diri dan menginstrospeksi diri kita sendiri, sampai sejauh manakah kita sudah melangkah .

Kita simak nasihat Syeh Atha’illah dalam kitabnya Al-Hikam.

Tasyawwufuka batonna fiika minal’uyuubi khoirun min tasyawwukafika ilaa laa hubiba ‘anka minal guyuubi

Usahamu mengetahui beberapa kekurangan yang sembunyi dalam dirimu lebih baik ketimbang usahamu menyingkap perkara gaib yang tersembunyi darimu.

Ungkapan ini jelas mengandung arti yang sangat dalam sebabnya manusia banyak yang ingin mengetahui hal-hal yang gaib ketimbang berusaha untuk memperbaiki langkah-langkah pengabdian ke hadirat Allah subhanahuwata’ala. Menganggap jika sudah terbukanya tabir gaib merupakan satu usaha yang sangat baik dan menganggap dirinya sudah mencapai tingkatan ilmu yang sangat tinggi, sehingga mereka berusaha semaksimal mungkin agar bisa mencapai tingkatan demikian.

Kalau kita simak nasihat tadi, jelas usaha yang paling baik adalah mencari kekurangan dalam diri dalam artian mawas diri, mengkaji diri sehingga kita bisa memperbaiki dan menutupi kekurangan kita, inilah yang paling baik, yang jelas meskipun kita mengetahui hal-hal gaib tidak dijamin akan selamat kalaulah unsur-unsur kekafiran masih ada pada diri kita.

Bagaimana menghadapi orang-orang kafir menurut QS (58 : 22).


Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Alloh dan hari akhir, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Alloh dan Rosul-Nya, sekali pun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak, atau saudara-saudara, ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Alloh telah menanamkan keimanan dalam hatinya dan menguatkannya dengan pertolongan yang datang dari pada-Nya. Dan dimasukan oleh-Nya mereka ke dalam surga yang di bawah sungai-sungai mengalir airnya, mereka kekal di dalamnya, Allah ridho kepada mereka dan merekapun ridho berada di sana. Mereka itulah yang dilindungi Allah. Ketahuilah bahwa sesungguhnya yang dilindungi Alloh itulah golongan orang-orang yang beruntung.



Demikianlah yang tersirat dalam ayat ini bahwa sesungguhnya orang-orang yang beriman tidak boleh berkasih sayang terhadap orang-orang yang menentang Allah atau orang-orang yang kafir, sebab kalau kita sayangi pun mereka akan menghianatinya. Sayang di sini adalah kasih sayang menurut apa yang diajarkan Allah, yakni mewasiati mereka supaya ada dalam jalan yang lurus yang diridhoi Allah agar mereka tidak tersesat di jalannya dan akhirnya memasuki neraka, inilah yang dimaksud berkasih sayang.

D. Murtad

Orang yang murtad, orang yang keluar dari agama, artinya orang murtad itu orang yang kafir setelah beriman, murtad pun kita bisa kenali ciri-cirinya.

1. Orang yang murtad adalah orang yang melalaikan janjinya QS (7 : 172-174)

172. Dan ingatlah ketika Tuhanmu menyiksa dari keturunan anak Adam dari generasi sebelum mereka yaitu saudara mereka dan mereka bersaksi atas jiwa mereka, bukankah (sudah ada yang mengatakan kepada kalian) bahwa aku ini tuhanmu? Betul (engkau tuhan kami) ami menjadi saksi. Agar di hari kiamat kalian tidak mengatakan sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang lengah terhadap ini.

173. Atau agar kalian tidak mengatakan sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Engkau sejak dahulu sedangkan kami anak-anak yang datang setelah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu.

174. Dan demikian Kami sampaikan ayat-ayat itu supaya mereka kembali kepada yang benar.

Ayat ini menerangkan kepada kita bahwa nanti di hari kiamat akan ditanya demikian bagi orang-orang yang durhaka. Dengan demikian kita harus benar-benar hati-hati akan pertanyaan ini, sebab kalau kita tidak hati-hati kita akan mendapatkan siksaan yang sangat berat.

Pada dasarnya kita tidak bisa ikut-ikutan dalam menjalankan pengabdian kepada Allah, sebab kalau ikut-ikutan tanpa pengetahuan yang jelas nanti akan menyalahkan orang yang diikutinya seperti tersirat dalam ayat 173. Tetapi tetap Allah akan menurunkan siksaannya meskipun kita hanya sebatas mengkuti, inilah yang harus kita pikirkan dari sekarang.

Pada ayat 172, terjemah bebas menerjemahkannya “Ketika Allah mengeluarkan anak Adam dari tulang sulbinya”. Terjemahan ini dirasakan kurang sebab kalau kata mengeluarkan pasti akan tertulis “ terjemahannya adalah keluar kalimat aktifnya yakni mengeluarkan”. Jadi, kalau kalimat “Dan ketika Allah mengeluarkan” kalimat yang ada pada Al-Quran harus demikianlah penulis menerjemahkan ayat 172.

Dan pada ayat 173 nya tercantum “agar kalian tidak menjawab bapak-bapakku yang musyrik” jadi jelas ayat ini memperingatkan pada kita bahwa nanti akan di tanya demikian di hari kiamat.

Ayat tadi menerangkan bahwa yang dikatakan murtad itu adalah orang-orang yang lalai terhadap janjinya, yakni tidak menjaga perjanjian mereka karena mereka melaksanakan perjanjian tersebut dalam keadaan tidak mengerti.

2. Orang-orang murtad, orang yang menukar iman dengan kufur QS (2 :107– 108).


107. Tidakkah kamu tahu bahwa sesungguhnya kerajaan langit dan bumi itu milik Alloh. Dan tiada bagimu penolong dan pelindung selain dari Alloh.

108 Apakah kamu menghendaki untuk meminta kepada rasul seperti Bani Isroil kepada Musa pada zaman dahulu. Dan siapa yang menukar iman dengan kekafiran,maka sesungguhnya orang itu telah sesat dari jalan yang lurus.

Jadi orang murtad itu mereka mengganti keimanannya dengan kekafiran yakni setelah iman kepada Allah dan Rasul-Nya mereka mengganti dengan kekafiran karena permintaan mereka tidak dikabulkan, seperti bagaimana umatnya Nabi Musa mereka kafir setelah permintaan mereka ditolak oleh Musa.

Mengapa dalam hal ini dikatakan “Janganlah kamu meminta kepada rasul seperti umat Nabi Musa “sebab kita sering mengajukan permohonan yang tidak sesuai dengan apa yang dianjurkan atau tidak diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Seperti halnya kita sering meminta kekayaan, kesehatan, kelancaran usaha kepada Allah dan Rasul-Nya. Padahal Allah dan rasul-Nya memerintahkan untuk meminta pengampunan dan keridhoan tetapi kita sering meminta yang lain, sehinga ketika tidak dikabulkan maka kita lari kepada yang lain misalnya kepada dukun-dukun dan berhala-berhala supaya permohonan mereka dikabulkan.

Hal inilah yang sering dilakukan oleh orang-orang Islam sehingga Allah menegaskan dengan ayat yang tadi.

Mari kita simak nasihat Syekh Ibnu Atha’illah dalam Al-Hikam.

Laa yakunu tholabuka tasyyaabbuban ilal’atoi minhu fayaqilla fahmuka ‘anhu walyakun tholabuka liidzhaarol’ ubuudiyati wa fiyaman bihuquuqirrubuubayyati

Janganlah permohonanmu engkau anggap sebagai sebab pemberian Alloh,sehingga menjadi berkurang pemahamanmu mengenai-Nya. Hendaknya permohonanmu adalah demi menunjukan penghambaanmu dan pemenuhan hak-hak Alloh.

Kalau menyimak nasihat tadi maka jelaslah kita ini diperbolehkan untuk meminta atau memohon tetapi permintaan dan permohonannya yaitu permohonan yang sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya, yakni permintaan ampun dan keridhoan-Nya saja.

Adapun yang tersirat di nasihat tadi yakni kebiasaan kita selalu merasa bangga seandainya permohonan itu dikabulkan padahal kalau permintaannya tidak sesuai dengan perintah-Nya apakah ini merupakan satu jaminan dari Allah ataukah ini hanyalah cobaan.

Contoh, kita menginginkan kenaikan pangkat atau minta kepada Allah supaya mendapatkan kedudukan yang cukup tinggi di pemerintahan. Kita melaksanakan tahajjud dan memohon kepada Allah untuk dikabulkan, ternyata seandainya itu terkabul apakah ini merupakan satu jaminan dari Allah ataukah ini merupakan cobaan dari Allah. Dan seandainya tidak terkabul akankah kita menyalahkan Allah? Dan mempunyai anggapan lain kepada Allah?

Hal-hal yang demikian yang perlu kita mawas diri sehingga kita akhirnya tidak menukarkan keimanan kita kepada Allah dengan kekufuran.

Bagaimana amal-amal orang murtad dihadapan Allah QS (2 : 217).

Siapa yang murtad di antara kalian dari agama (aturan) Nya lalu dia mati dalam kekafiran maka dia itulah yang sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat,dan mereka itulah penghuni neraka,mereka kekal di dalamnya.

Demikianlah bagi orang-orang yang murtad semua amal perbuatannya hilang dan sia-sialah apa yang mereka usahakan dan apa yang mereka perjuangkan.

Kita simak lagi dalam QS (3 : 90–91).


90. Sesungguhnya orang-orang kafir sesudah beriman,kemudian bertambah kekafirannya sekali-kali tidak akan diterima tobatnya; dan mereka itulah orang-orang yang sesat.

91. Sesungguhnya orang-orang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seorang pun di antara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas sebanyak itu. Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong.

Itulah siksaan dari Alloh untuk orang-orang murtad meskipun mereka banyak amalnya atau banyak hartanya, maka sia-sialah segala sesuatunya dan semua tebusan-tebusan atau yang dinamakan Kafarot tidak akan berlaku lagi bagi mereka.

Contoh, seekor kerbau dia melaksanakan tugas dan kewajibannya dan kebaikan dan amal. Kerbau tersebut sangatlah banyak, sampai-sampai petani tersebut bisa membeli beras, bisa menggarap sawah karena jasanya si kerbau tersebut, alhasil jasa kerbau tersebut bisa meringankan beban petani, tetapi jika si kerbau tersebut sudah tidak menghasilkan lagi atau sudah tua bukannya dipensiunkan malah disembelih untuk pesta pora.

Demikianlah layaknya seorang yang murtad meskipun banyak kebaikannya tetapi hasilnya akan mendapatkan neraka jahanam. Itulah beberapa langkah dosa yang disejajarkan hukumannya dengan musyrik yang akhirnya bukan mendapatkan kenikmatan di akhiratnya malah sebaliknya akan mendapatkan siksa neraka selama-lamanya. Mudah-mudahan seandainya sudah mengenal ciri dan sifat-sifatnya, kita mampu menghindar dan melaksanakan pengabdian kepada Allah subhanahuwata’ala dengan baik dan benar sesuai dengan apa-apa yang telah dicantumkan dalam Al-Quran dan yang telah dicontohkan oleh rasul-Nya.

Jadi syarat pertama untuk masuk surga yang dijanjikan Allah itu adalah iman, ternyata iman itu bukan pekerjaan yang gampang artinya bukan hanya percaya saja kepada Allah, akan tetapi juga kita harus bersih dari segala sifat-sifat Musyrik, Kafir, Munafik, Fasik, dan Murtad. Kalau masih ada sifat-sifat itu maka belum dikatakan orang yang beriman kepada Allah. Jadi, jangankan masuk surga persyaratan pertama pun belum selesai maka kita selesaikan dulu persyaratan yang pertama, yakni kita betul-betul bulat kepercayaan kita hanya kepada Allah semata tidak kepada yang lain.