Selasa, 02 September 2008

Langkah - langkah Tobat


Langkah-Langkah Tobat


Untuk menyelesaikan persyaratan yang pertama demi masuk surga yang dijanjikan Allah seandainya ada sifat-sifat dosa yang telah diterangkan sebelumnya kita perlu bertobat dulu. Dalam hal ini penulis mencoba untuk menerangkan langkah-langkah untuk menuju tobat yang benar.


1. Meminta Ampun kepada Allah

Meminta ampun kepada Allah tidak hanya sekadar ucapan saja sebab ada beberapa pekerjaan yang harus kita kerjakan bukan hanya mengucapkan saja, tetapi harus ada pelaksanaannya dan ada persyaratan-persyaratan menurut Allah tertulis dalam Al-Quran.

Syarat pertama dalam QS (2 : 271–273).

271. Jika kalian menampakakan shodakoh, maka itu adalah baik. Dan jika kalian menyembunyikannya dan kalian berikan kepada fakirun, maka menyembunyikannya itu lebih baik bagi kalian, juga akan menghapus sebagian dosa-dosa kalian, dan Alloh mengetahui apa yang kamu kerjakan.

272.Bukanlah kewajiban kalian menjadikan mereka mendapatkan petunjuk, tetapi Allohlah yang memberi petunjuk kepada orang yang sesuai dengan kehendak-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kalian nafkahkan, maka pahalanya adalah untuk kalian sendiri. Dan janganlah kalian menafkahkan sesuatu melainkan karena mencari keridhoan Alloh. Dan apa saja dari harta yang baik yang kalian nafkahkan, niscaya kalian akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kalian sedikit pun tidak akan dianiaya.

273. Orang fakir itu adalah orang yang terikat di jalan Alloh mereka tidak bisa berusaha di bumi; orang jahiliyah (bodoh) menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta, kamu kenal dari sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara paksa (mendesak). Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Alloh mengetahuinya.


Jadi, melihat ayat tadi sesunguhnya persyaratan pertama adalah dengan mengeluarkan shodakoh. Akan tetapi, kita tidak bisa mengeluarkan shodakoh ke siapa saja yakni harus kepada orang-orang “fakir” yaitu orang-orang yang sibuk atau terhalang dalam misi penyebaran Islam. Dalam arti dia terhalang oleh umat bukan dia tidak mampu berusaha karena tidak bisa atau karena dia tidak berilmu dalam soal usaha, akan tetapi dia tidak ada waktu untuk berusaha karena waktu dan kemapuannya dicurahkan hanya kepada satu misi yakni penyebaran dan pembinaan umat. Itulah yang dikatakan fakir menurut ayat ini.

Jadi kalau kita menyimak ayat ini jelas shodakoh yang akan menghapuskan sebagian dari dosa itu adalah shodakoh yang betul-betul terarah. Sekarang bagaimana kita bisa mengetahuinya bahwa orang itu adalah fuqoro, kalau kita sendiri tidak tahu apakah dia itu benar-benar terhalang di jalan Allah ataukah tidak. Kalau menilik ayat ini maka akan terlihat bahwa dia itu terhalang di jalan Allah. Kalau kita sendiri tergolong sebagai umat dalam arti kita masuk di dalamnya dan kita berguru pada beliau maka barulah kita mengetahui bahwa benar-benar dia itu orang yang terhalang di jalan Allah.

Dalam ayat ini tersirat proses antara imam dan makmumnya dan seorang imam harus benar-benar mencurahkan ilmu dan kemampuannya untuk menjaga dan mengawasi peribadatan makmumnya. Demikianlah Allah memberikan syarat pertama dalam melaksanakan pengampunan kepada Allah.


Syarat kedua tercantum dalam QS (11:114).


Dan dirikanlah shalat di kedua sisi siang dan pada sebagian malam. Sesungguhnya perbuatan baik itu menghapuskn dosa-disa kalian, itulah peringatan bagi orang-orang yang mau diingatkan.

Jadi untuk mendapatkan ampunan dari Allah dengan cara melakukan kebaikan yakni mendirikan shalat di dua sisi siang dan di sebagian malam, itulah kebaikan yang akan menghapuskan dosa-dosa kita.

Kita simak nasihat Syekh Ibnu Atha’illah dalam kitabnya Al-Hikam.

Maa nafa’alqulbu syaiun mitslu uzlatin khulubihaa miidaanufikroti


Tiada yang berguna bagi qolbu sebagaimana uzlah untuk memasuki medan perenungan (pensucian)


Jadi, nasihat ini merupakan satu cambuk bagi kita tidak akan berguna segala sesuatu pun dalam melaksanakan apa pun jika kita tidak berusaha untuk mensucikan hati kita demi mencapai keridhoan dan pengampunan dari Allah subhanahuwata’ala.

Adapun perenungan di sini adalah mentafakuri dan mencoba untuk melepaskan diri dari unsur-unsur kesenangan duniawi, bukan kita tidak boleh kaya akan tetapi yang disebut dengan kesenangan dunia itu adalah rasa cinta dan rasa benci. Kalau kita mencintai harta maka kita akan kembali bedosa dan demikian pula sebaliknya kalau kita membenci sama akan kembali berdosa. Pada dasarnya hanya satu dalam jiwa kita yakni “cinta kepada hukum-hukum Allah semata” yakni dalam mencari harta juga atas dasar perintah Allah bukan perintah dari hawa nafsu. Inilah dasar-dasar perenungan demi mencapai tujuan kita yakni “Keridhoan dan pengampunan Allah”.


2. Meminta ampun kepada kedua orang tua dan kepada yang lainnya.


Meminta ampun kepada kedua orang tua kita, yang paling pertama kita sakiti pastilah kedua orang tua kita. Alangkah bijaknya sebelum melangkah lebih lanjut lagi kita minta pengampunan dari kedua orang tua kita. Karena menurut Al-Hadist mengatakan

Ridholloohi fiiridholwaalidaini wasukhtullohi fii sukhtil walidaini

Ridho Allah ada pada ridonya kedua orang tua dan murkanya Allah ada pada murkanya kedua orang tua.

Hadits ini menerangkan bahwa sesungguhnya peranan kedua orang tua itu sangatlah penting maka dari itu mintalah keridhoan dan pengampunan kedua orang tua kita. Setelah itu baru kita melangkah mencari pengampuna dari orang-orang yang pernah kita sakiti mungkin saudara-saudara terdekat kita atau siapa saja sebab Al-Hadist mengatakan juga.


Laa yaskutu taobatullohi haqul adami


Tidak sah tobatnya seseorang jika masih ada dosa di antara anak-anak Adam

Hadits ini menerangkan jika masih berkaitan dengan dosa-dosa yang menyangkut dengan manusia maka keabsahan tobatnya belum ada.


3. Menghentikan semua perbuatan dosa


Menghentikan perbuatan dosa dengan semampu kekuatan kita, yakni dengan ucapan, dengan i’tiqod (hati), dan perbuatannya. Sesungguhnya kita menyadari perbuatan-perbuatan tadi adalah dosa dan semua
dilakukan bukan karena sesuatu apapun kecuali karena Allah semata tidak karena takut oleh manusia.

Contoh, seseorang menghentikan perbuatan dosanya karena dipaksa oleh orang lain atau karena dia ingin menikahi gadis muslim atau karena dia berhenti melakukan dosa karena sudah tidak mampu lagi berbuat dosa karena faktor usia atau bangkrut.


Permintaan pengampunan seperti contoh, sia-sia bukan benar-benar karena Allah tapi ada satu tujuan tertentu bukan meraih keridhoan Allah tetapi karena mencari keridhoan manusia maka perbuatan tadi tidak ikhlas. Dalam kontek ini kita harus benar-benar teguh pada pendirian sebab tantangannya akan datang dari berbagai pihak, seperti cacian, makian, dan mungkin orang tidak akan percaya dengan perubahan sikap kita.


Contoh, seorang narapidana setelah bebas dari penjara tidak serta merta dia meraih kepercayaan dari masyarakat pasti akan ada tuduhan-tuduhan, maklum bekas narapidana, kalau dia tidak teguh pada pendiriannya maka dia akan kembali pada profesi semula.


Demikian juga kalau kita mau menjuhi dari perbuatan-perbuatan dosa akan menghadapi tantangan seperti itu. Yang tadinya tidak pernah ke masjid untuk melaksanakan shalat, tiba-tiba ke masjid pasti semua mata akan memandang kita dengan penuh curiga. Kalau tidak teguh pada pendirian bahwa kita akan meninggalkan perbuatan dosa itu karena Allah mana mungkin kita sanggup untuk bertahan dalam posisi seperti itu.


Simak nasihat Ibnu Atha’illah dalam Al-Hikam.

Idfin wujuudaka filardhi humuuli famaa nabata mimmaa lam yud fan laa yatimmu nabatajuhu

Pendamlah wujudmu dalam tanah tak dikenal, karena sesuatu yang tumbuh dari benih yang tak di tanam, buahnya tiada sempurna.



Nasihat ini mengingatkan kepada kita yakni sebelum melaksanakan sesuatu kita harus benar-benar membulatkan niat kita dan menanamkan disiplin kita, bahwa benar-benar hanya ada Allah dalam jiwa kita. Dengan pendirian yang teguh “cukup Allah yang menjadi saksi” dalam hal ini kita tidak minta persaksian dari manusia, bahwa sesunguhnya kita akan benar-benar bertobat dan menjauhi segala perbuatan dosa-dosa kita. Kalau kita tidak menanamkan bibit tadi maka jadinya tidak akan benar, mungkin saja baru dua atau tiga kali kita berbuat baik mendapat sambutan yang demikian dari masyarakat mungkin saja kita akan kembali lagi pada jalan semula.


4. Menjaga diri


Mengendalikan diri kita supaya jangan terperosok lagi masuk ke jurang dosa tadi dengan cara kita bertawakal kepada Allah dan dengan selalu mempelajari ilmu. Tanpa ilmu kita tidak bisa mengetahui apakah kita ini berbuat dosa atau tidak, terutama dosa-dosa musyrik , kafir , fasik, dan murtad. Karena dosa ini sangatlah halus. Kalau kita belum mengetahui ilmunya alangkah baiknya kita mencari imam yang baik supaya kita selalu terjaga dalam hal ini.

Contoh, kalau kita belum mengetahui jalan ke Jakarta janganlah mengendarai mobil sendirian tetapi kita naik kendaraan umum yang menuju arah Jakarta. Kemudian belilah karcis bus tujuan ke Jakarta. Kita harus patuh dan taat pada peraturan yang diterapkan oleh sopir dan kernetnya supaya tidak diturunkan di sembarang tempat.

Contoh tadi sangat jelas, apalagi perjalanan yang ditempuh oleh kita sangatlah jauh yakni akhirat. Kalau kita tidak mengetahui arah jalannya maka ikutlah kepada orang yang mengetahui jalannya, kemudian kita harus patuh dan taat pada aturan-aturan yang diberikan oleh orang tersebut agar kita tidak diturunkan di sembarang tempat dan akhirnya akan tersesat.

Demikianlah langkah-langkahnya kalau kita mau melaksanakan tobat. Akan tetapi, tobat kita bukanlah tobat ‘sambal’ artinya setelah itu kita melakukan perbuatan dosa lagi. Akan tetapi, kita betul-betul bertobat karena Alloh. Demi mencari keridhoan-Nya agar kita bisa melaksanakan syarat yang kedua dalam menempuh perjalanan kita ke dalam surga yang sudah dijanjikan Allah.

Akan tetapi, jika belum terselesaikan masalah pertama maka upaya kita akan sia-sia melaksanakan syarat yang kedua yakni melaksanakan amal shaleh. Oleh sebab, jelas-jelas tadi juga sudah dibahas jika masih ada kemusyrikan, kekafiran, kemunafikan, kefasikan, dan kemurtadan segala sesuatu amal-amalannya akan sia-sia belaka. Kita hanya menguras tenaga dan pikiran saja tetapi hasilnya tidak ada sama sekali.

1 komentar:

kabutowahyu mengatakan...

AlhamdulillaH tlah hadir spot ini
semoga bermanfaat tuk yg membacanya.
semoga akan selalu exist
Amin