Selasa, 02 September 2008

Langkah - langkah Pengabdian

1.

Langkah-Langkah Pengabdian

Dalam melaksanakan pengabdian kepada Allah subhanahuwata’ala, yang utama adalah keyakinan kita kepada Allah. Mengapa demikian? Sebab, kalau tanpa ada keyakinan kepada Allah mana mungkin kita bisa melaksanakan segala sesuatu perintah Allah dengan sungguh-sungguh sepenuh hati kita mengabdi.Untuk mencapai tingkat keyakinan tersebut, kita memerlukan ilmu pengetahuan tentang hal itu.

Dalam hal ini, yakin terhadap apa-apa yang telah dijanjikan-Nya, yakni akan ada balasan bagi orang-rang yang beramal saleh akan mendapatkan surga dan bagi orang-orang yang tidak beramal saleh akan mendapatkan neraka. Kita simak firman Allah dalam QS ( 28 : 77).


Pegang teguhlah apa-apa yang didatangkan Allah kepadamu untuk menuju kampung akhirat dan jangan lupa buat rencana hidup di dunia ini dan berbuat baiklah engkau sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada kamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi ini sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

Kata , sering diterjemahkan dengan nasib. Adapun terjemahan yang sebenarnya adalah menimpa atau diterjemahkan dengan rencana.

Contoh:

Faidzaafaroghtafanshob

Dan tatkala selesai maka rencanakan kembali.

Kalau kita menyimak ayat tadi maka jelas yang harus merencanakan kehidupan di dunia ini adalah kita, tanpa mengabaikan apa-apa yang telah didatangkan Allah kepada kita, baik berupa hukum-hukum untuk mencapai kampung akhirat.

Apakah kita akan memasuki surga yang telah dijanjikan-Nya atau ke neraka yang juga telah dijanjikan-Nya? Karena kehidupan di akhirat ditentukan oleh langkah-langkah kita di dunia.Seperti yang tersirat dalam Qs ( 81 : 25 – 27 )

25. Dan Al Qur'aan itu bukanlah perkataan syaitan yang selalu melempari.

26. Maka ke manakah kalian akan pergi .?

27. Al Qur'aan itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta Alam.

Dengan ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa sesungguhnya yang menentukan jalan yang akan di tempuh tergantung kepada kita sebab ada pertanyan Maka kemana kalian akan pergi dengan pertanyaan ini jelas tergantung kepada kita untuk menentukan jalan.

Dalam hal ini harus jelas dahulu maksud dan tujuan sebelum kita melangkahkan kaki, juga kita harus mengetahui tempat yang akan dituju bukan hanya kabar atau cerita-cerita dari yang lain saja tetapi harus mengenal secara jelas dan tegas.

Contoh, kalau kita mau berangkat ke suatu tempat kita harus mengenal dahulu tempat tersebut. Kalau tempat tersebut belum pernah kita datangi maka kita harus membaca petunjuk atau keterangan yang ada kaitannya dengan tempat yang akan kita tuju. Apakah tempat tersebut aman kalau kita datangi atau tidak aman. Setelah kita mengetahui dan yakin bahwa tempat tersebut aman maka kita menentukan perbekalan, supaya di tempat tersebut kita tidak akan terlantar dan kalau kita belum pernah ke tempat yang kita tuju tersebut, kita bisa menentukan apakah akan diantar oleh orang yang sudah mengenal jalan tersebut atau akan memakai biro perjalanan. Selama di perjalanan, kita harus patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan oleh biro tersebut.

Demikian pula dalam menentukan langkah untuk menempuh kampung akhirat, tidak jauh bedanya kita harus mengetahui tempat tujuan kita sebelumnya kemudian kita menentukan langkah-langkah kita ke depan. Terlebih dahulu mana yang akan kita garap.

Selanjutnya apakah yang sebenarnya menjadi tujuan kita dalam menempuh kampung akhirat yang diperintahkan Allah kepada kita, semua orang menghendaki pulang ke akhirat yakni ke dalam surga, padahal datang dan perginya kita tidak berdasarkan kehendak kita sendiri tetapi berdasarkan kehendak Allah sesuai dengan kalimat.


Innalillaahi wainnailaihi rooji’uun

Sesungguhnya milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nyalah kita akan dikembalikan.



Artinya, asal datang ke dunia kehendak Allah dan kembali pun berdasarkan kehendak-Nya pula. Sekarang kita kembali lagi kepada tujuan semula, yakni Jannah. Apakah jannah itu? Kita lihat dalam Al-Quran

Surga Aden yang mengalir di bawahnya sungai-sungai mereka itu akan tetap selama –lamanya.


Tersirat juga dalam QS (78 : 32 – 35).


32. Kebun-kebun dan buah Anggur.

33. Dan gadis-gadis remaja yang sebaya.

34. Dan gelas-gelas yang berisi minuman .

35. Di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan dusta.

Kalau kita membaca dan menyimak petunjuk tadi, betapa indah dan nyamannya di tempat tersebut dan pasti dijamin keamanannya, pastilah semua orang menghendaki memasuki ke dalamnya.

Di sinilah kita harus meyakinkan dan membulatkan tujuan kita supaya jangan terpengaruh lagi oleh tawaran-tawaran yang lain yang bisa menyesatkan, pada akhirnya kita salah memasuki tempat tujuan.

Setelah kita menentukan dan membulatkan itikad, kita sekarang harus mempelajari peta yang ada. Apa syarat-syaratnya supaya kita bisa masuk ke dalam tempat tersebut di atas.

Contoh, Kalau kita ingin mengadakan perjalanan wisata, misalnya ke Bali. Setelah kita membaca brosur, betapa indahnya Bali maka kita harus membaca juga persyaratan-persyaratan memasuki kota tersebut dan mempersiapkan perbekalan supaya kita nyaman diperjalanan.

Sebagaimana contoh tadi, kita pun harus benar-benar mempersiapkan perbekalan dan mempersiapkan persyaratan-persyaratan supaya kita sampai ke tempat tujuan yang telah kita tentukan.

Sekarang apa syarat untuk mencapai ke sana dan untuk siapa Jannah itu dipersiapkan, kita simak ayat berikut.

Hai orang-orang yang beriman dan beramal saleh itulah penghuni surga yang di dalamnya mereka itu kekal selama-lamanya.


Jadi, syarat untuk mencapai surga itu adalah iman dan amal saleh, ini syarat mutlak yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.

Kalau mendengar perkataan tadi sepertinya gampang sekali masuk surga yakni syaratnya adalah iman dan amal saleh, hanya dua tetapi kalau kita simak ayat yang lainnya bagaimana nasihat Luqman yang berkenaan dengan amal saleh tersebut QS (31 : 13 – 19).


13. Dan ketika Luqman berkata, “Hai anakku, janganlah kalian mempersekutukan Allah,sesungguhnya jika engkau mempersekutukan-Nya adalah benar-benar suatu kezaliman yang sangat besar.”

14. Dan Kami perintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua Orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah,dan menyapihnya dalam dua tahun,maka bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu hanya kepada-Kulah kalian dikembalikan.

15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,maka janganlah kamu mengikuti keduanya,dan pergaulilah keduanya di dunia ini dengan baik,dan ikutilah jalan orang-orang yang memberitakan jalan hanya kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu,maka Ku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

16. Hai anakku, “ Sesungguhnya jika ada sesuatu perbuatan seberat biji sawi dan berada dalam batu, atau di langit, atau di dalam bumi, Allah akan mendatangkan balasannya. Sesungguhnya Allah mengetahui yang sangat halus.”

17. Hai anakku, “Dirikanlah Shalat dan suruhlah manusia dengan baik dan cegahlah mereka dari perbuatan munkar dan bersabarlah terhadap apa-apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya hal yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan Allah.”

18. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusaia dan janglah kamu berjalan di muka bumi ini dengan angkuh (sombong ). Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.

19. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.

Kalau menyimak nasihat Luqman tadi, jelaslah yang dinamakan amal saleh itu sangatlah banyak dan perlu dipelajari satu per satu dan harus diklasifikasikan agar kita sampai ke tempat tujuan.

Kita perhatikan nasihat yang pertama “Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya perbuatan itu merupakan kezaliman yang sangat besar.”

Mempersekutukan (Musyrik), apa itu Musyrik? Kalau kita tidak mengenal kriteria musyrik atau batasan-batasan musyrik, maka kita tidak mampu membedakan apakah kita melaksanakan kemusyrikan atau tidak. Kita simak QS (7 : 59).

Sungguh Kami telah mengutus Nuh untuk kaumnya maka berkatalah Nuh, “Hai kaumku, beribadahlah kepada Allah janganlah kalian mengambil tuhan selain-Nya, aku takut adab di hari besar akan menimpa kalian.”


Jadi, jelas ayat ini menunjukkan yang dikatakan musyrik itu mengambil tuhan selain daripada Allah. Kita simak ayat yang lebih menegaskan lagi.

1. Katakanlah hanya satu, Dia Allah

2. Allah tempat bergantung

Ayat ini menjelaskan bahwa hanya satu yang dimaksud, hanya satu yang dituju, hanya satu yang diibadahi, yakni Allah. Hanya satu tempat untuk menggantungkan segala sesuatunya yakni kepada hukum-hukum Allah, dalam arti tidak mencari hukum yang lain kecuali hukum-hukum Allah.

Apakah yang dimaksud dengan kata Ibadah? Arti kata Ibadah adalah menghamba, yakni antara majikan dan hambanya. Seorang hamba harus patuh dan taat atas segala yang diperintahkan oleh majikannya, apabila membangkang maka akan dihukum. Kita simak perjanjian yang diikrarkan oleh kita.

اَشْهَدُ اَنْ لاَّالَهَ اِلاَّ اللهُ

Asyhaduallaailaaha illallooh

Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah.


Artinya, tidak akan mengambil majikan selain Allah, yakni segala sesuatunya jika diperintah Allah pasti akan dilaksanakan walaupun hal itu berat, juga kalau ada hal yang dilarang oleh Allah kita tidak akan melaksakan perbuatan tersebut walaupun itu menakjubkan.

Kalau seandainya kita sudah tahu majikan, maka bagai manakah caranya supaya kita dikasihi dan disayangi, hanya satu jalannya yakni kita harus mengerti keinginan majikan tadi, maka kalau kita sudah mengerti keinginan majikan boleh jadi majikan kita akan lebih menyayangi kita,demikian juga kalau kita sudah mengethui bahwa yang kita ibadahi itu adalah Alloh maka kita harus mengerti dahulu sesuai dengan Al-Hadits


اَوَّالُ وَاجِبٍ عَلَى الْاِنْسَانُ هُوَ مَعْرِفَةُ الْمَغعْبُوْدِ قَبْلَ الْعِبَدَةِ

Awwalu wajibin ‘alal insaanu huwa ma’rifatulma’buudi qoblal ‘ibadati.

Pertama wajib bagi manusia sebelum ibadah adalah mengerti dahulu kepada yang diibadahi. ( Buhori ).


Hadits ini memakai kata
عَرَفَ bukan memakai kata عَلَمَ tarjamahnya mengerti, bukan harus mengetahui, sebab kalau mengetahui semuapun mengetahui setiap umat isla mengetahu bahwa ibadah itu kepada Alloh tapi belum mengerti.

Contoh : Anak saya Firdaus dia masih berumur 9 Tahun dia baru tahu bahwa bapaknya adalah saya, jadi dia sebatas pengetahuan saja, kalau ada kesusahan,kalau ada kebingungan , kalau ada masalah, dia selalu mengadu dan meminta pertolongan kepada saya selaku bapaknya, dia tidak mau tahu ketika minta jajan apakah bapaknya itu punya atau tidak apalagi ketika baru pulang dia tak mau tahu apakah masih capek atu sudah tidak yang penting bapaknya harus mampu memenuhi kebutuhan dia, beda lagi dengan yang besar dia mengerti ketika bapaknya baru pulang dia menyiapkan minum, menyiapkan makan, dan sebagainya dia berusaha untuk memenuhi kebutuhan bapaknya.

Dengan contoh tadi maka kalau hanya sebatas tahu kepada Alloh maka kita menuntut supaya Alloh memenuhi keinginan kita, seperti kalau keadaan kita sakit supaya Alloh menyembuhkan kita, ketika keadaan kita rugi dalam usaha, supaya Alloh menutupi kerugian kita, inilah kalau hanya sebatas tahu, tapi kalau orang-orang yang mengerti mereka berusaha semaksimal mungkin untuk melaksanakan apa-apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan kalaupun mereka meminta mereka hanya meminta agar Alloh mengampuni kesalahan-kesalahn dan kelalian-kelalainnya dalam peribadatan, itulah do’a atau permintaan orang-orang yang mengerti.

Sekarang mari kita simak Qs ( 2 : 40 )

40. Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang Telah Aku anugerahkan kepada kalian , dan penuhilah janji kalian kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepada kalian; dan Hanya kepada-Ku-lah kalian harus takut (tunduk).

Ayat ini semakin menegaskan kepada kita bahwa kalau kita memenuhi janji kita kepada Alloh yakni kita sudah berjanji akan beribadah hanya kepada Alloh, maka sudah barang tentu Alloh akan memenuhi janjinya tidak usah lagi kita pinta, yakni sesuai dengan janji yang tercantum dalam QS (65 : 2 – 3).


2. Apabila mereka telah mendekati akhir idahnya,maka rujukilah mereka dengan baik dan lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan persaksian itu karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah akan menjadikan jalan keluar.

3. Dan memberinya rizki dari arah yang tidak di sangka-sangka. Dan siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupinya. Sesungguhnya Allah pelaksana urusan-Nya,sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.


Ayat ini menegaskan, terutama ayat terakhir yang mengatakan “Siapa bertakwa kepada Allah niscaya Allah akan menjadikan (memberi) jalan keluar” juga yang tersirat di ayat berikutnya.

Jadi, jelas kalaulah kita mau patuh hanya kepada Allah dan mengikuti peraturan-peraturan-Nya maka kita tidak akan kesulitan.

Contoh, kalau kita memelihara burung. Burung itu merdu suaranya dan ketika dipanggil oleh pemiliknya, burung tersebut akan bersuara dengan merdu. Apalagi setelah mengikuti kontes burung, burung tersebut menang meraih juara pertama. Ketika burung tersebut menginginkan makanan, menginginkan minuman, dan menginginkan pasangannya yang sibuk bukanlah burung tersebut, akan tetapi pemilik burung yang akan mencarikan makanan dan minuman yang bagus-bagus juga tempat tinggal yang bagus, dan pasangannya pun yang bagus. Akan tetapi, ketika burung tersebut suaranya tidak merdu lagi maka burung tersebut akan di tempatkan oleh pemilik burung di tempat yang terbuka. Dipanaskan, dihujankan, dengan maksud supaya burung tersebut bisa jinak dan bisa merdu apabila suaranya diperdengarkan.

Dengan contoh di atas tadi maka jelaslah seandainya kita dipanggil Allah untuk melaksanakan pengabdian, kita seharusnya datang dengan segera dan melaksanakannya dengan penuh khidmat maka Insya Allah apa yang dijanjikan Allah akan dapat kita raih. Akan tetapi, kalau kita dipanggil Allah kita leha-leha dan datangnya seenaknya bukan mungkin lagi, tetapi pasti kita akan dibiarkan dalam panas dan dinginnya dunia.

Jadi dengan kata lain di atas, kalau kita mendahulukan perintah yang lain selain perintah Allah maka itulah indikasi dari kemusyrikan sebab kalau kita simak ayat yang mengatakan.


Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mengambil hanafsunya sebagi tuhanya


Jadi, jelas pada dasarnya kalau kita mendahulukan perintah hawa nafsu sama dengan mempertuhankan hawa nafsu itu sendiri dan jelas ini salah satu dari unsur kemusyrikan.


Contoh yang sangat sederhana. Kalau kita dipanggil oleh Allah untuk mengerjakan shalat mana yang akan lebih diutamakan? Apakah panggilan Allah atau panggilan hawa nafsu? Kebiasaan kita ketika akan menunaikan shalat santai-santai saja karena menganggap masih ada waktu, akan tetapi kalau kita dipanggil sama majikan ketika sedang bertugas akan secepat kilat menghadap. Kenapa demikian? Karena kunci keyakinan di sini tidak ada. Kita lebih mendahulukan kepentingan duniawi daripada kepentingan ukhrowi.


Secara tidak sadar bahwa sesungguhnya denga demikian indikasi musyrik sedang kita jalankan.


Contoh, seorang tukang donat apakah dia butuh donat atau butuh uang? Yang jelas tukang donat tersebut bukan butuh donat tetapi butuh uang. Oleh sebab itu, dia akan menghias donat itu dengan indah dan akan di tempatkan di tempat yang bersih, pedagangnya juga dipilih yang cantik-cantik agar harga donat tersebut bisa naik. Jadi, untuk menentukan harga donat tersebut bukan dari unsur enaknya saja tetapi dari unsur tempat dan pedagang juga menentukan.

Jadi ketika Allah memanggil kita untuk melaksanakan shalat, siapa sebenarnya yang membutuhkan shalat tersebut? Betulkah kita yang membutuhkannya, kalau ‘iya’ mau dibawa ke mana? Kalau kita pikirkan lebih dalam lagi, sesungguhnya kita itu tidak butuh shalat. Akan tetapi kita butuh pahala yang dijanjikan oleh Allah. Jadi, kalau demikian harus bagaimana kita menghadapi perintah ini supaya shalat tersebut naik harganya di sisi Allah. Oleh karena itu, kita hiasi shalat itu dengan tilawatil quran, juga tempat yang bersih, dan pakaian kita yang bersih. Allah memerintahkan kita untuk mendirikan shalat dan datang dalam shalat tersebut dengan kebersihan, maksudnya melaksanakan shalat itu dengan keikhlasan tanpa menuntut yang lain hanya patuh dan taat kepada Allah. Kita simak nasihat Syekh Atha’illah dalam Al-Hikam.


Khoiru maayatlubuhu maahuwa toolibuhuminka

Sebaik-baiknya permohonan yang harusnya engkau ajukan kepada Allah adalah apa yang dituntut Allah untuk engkau lakukan.


Kalau kita simak lebih dalam lagi nasihat tadi, banyak orang menafsirkan bahwa dalam melaksanakan shalat tersebut merupakan tempat kita memohon, memang pada saat shalat tempat kita mengajukan permohonan. Akan tetapi, permohonan yang bagaimana dulu yang harus kita ajukan. Bukan memohon seenaknya saja, apa-apa yang kita butuhkan. Kita memohon dalam shalat sedangkan Allah menyuruh kita untuk memohon magfiroh saja bukan memohon yang lain. Jadi, pada dasarnya yang berhak kita minta dari Allah hanyalah pengampunan saja dan kekuatan kesabaran kita dalam melaksanakan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah kepada kita.

Demikianlah cara kita mengabdi kepada Allah dengan setulus hati. Kita menyerahkan hidup, mati, hanya kepada ketentuan Allah tidak mengambil perlindungan tandingan selain dari Allah. Karena sebaik-baiknya perlindungan, dan sebaik-baiknya pertolongan, hanyalah perlindungan dan pertolongan Allah.

Kalau kita lihat lagi persyaratan untuk masuk surga adalah iman dan amal shaleh. Perkataan ini terdiri dua kata tetapi penjabarannya sangat luas. Kita simak dulu yang dikatakan iman atau percaya. Di sini bukan hanya percaya saja tetapi dengan penuh keyakinan kita kepada Allah subhanahuwata’ala dan jangan musyrik.

Perkataan musyrik ini sangatlah dalam karena kalau kita tidak tahu, bisa-bisa seperti maling teriak maling. Mengatakan musyrik kepada orang lain padahal kita dalam kemusyrikan.

Menurut Ibnu Abbas, “syirik itu seperti merayapnya seekor semut hitam di atas batu hitam di malam yang gelap gulita.”

Jadi, jelas kalau tanpa disinari dengan cahaya maka kita bisa terjerembab ke dalam jurang kemusyrikan tanpa kita sadari. Untuk itu, hanya satu-satunya yang mampu untuk melihat kemusyrikan itu hanyalah ilmu. Menurut Al-Hadist


Al’ilmu nuurun biqolbi yufarriku baenalhaqi walbatil

Ilmu itu penerang hati yang bisa memisahkan mana yang hak dan mana yang batal.


Maka dengan itu, kita diwajibkan untuk menuntut ilmu agar kita tahu dan bisa menentukan langkah-langkah dalam pengabdian ke khadirat Allah subhanahuwata’ala. Agar kita jangan terperosok ke dalam jurang kemusyrikan. Untuk lebih mendalami masalah kemusyrikan, kita akan bahas di langkah-langkah musyrik.

Tidak ada komentar: